Di suatu pagi yang cerah, Iky duduk di bangku taman sendirian, menikmati sebuah angin dan kicauan burung, wajahnya dihiasi senyuman manis yang selalu dia tunjukkan setiap hari, baik di sekolah, rumah, atau bahkan saat berjalan-jalan sendirian seperti ini. Bagi teman-temannya, Iky adalah laki-laki yang ceria, selalu membawa tawa dan kebahagiaan. Namun, siapa yang tahu bahwa dibalik senyuman itu, tersimpan sebuah cerita yang tak semua orang bisa pahami.
Iky menjalani hidup yang tidak mudah, Ayahnya hanya seorang OB yang memiliki gaji kecil, dan Ibunya mengurus rumah tangga. Iky terkadang membantu Ayahnya bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sementara teman-temannya yang bisa bermain atau berlibur bersama keluarga, Iky seringkali harus membantu Ayahnya atau bekerja paruh waktu demi meringankan beban keluarganya. Tapi iya tak pernah mengeluh.
“Iky, kamu selalu tersenyum, hidupmu pasti bahagia sekali, ya!!.” Kata Rifal, sahabatnya saat mereka bertemu di sekolah.
Iky hanya tertawa kecil dan menggangguk. “Tentu saja, kenapa harus bersedih kalau masih bisa tersenyum, kan?” Jawabannya ringan.
“Aku kadang iri sama kamu, kamu nggak pernah kelihatan sedih atau punya masalah.” ucap Rifal
Iki tersenyum mendengar ucapan temannya “Ah setiap orang punya masalahnya masing-masing,kok. Mungkin aku lebih suka menyimpan semuanya sendiri.”
Iky berbicara seperti itu agar sahabatnya itu tidak tahu dibalik senyuman nya banyak permasalahan yang ia hadapi.
Waktu berlalu begitu cepat, Jam pulang sekolah pun terdengar, Iky segera pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Sesampainya di rumah Iky melihat ibunya yang sedang kelelahan saat memasak.
“Ibu aku ingin membantu, Aku nggak mau Ibu kerja mengurus rumah terlalu keras sendirian.” Ujar Iky yang sangat sedih melihat ibunya kelelahan.
Ibunya tersenyum lelah “Tapi, nak, kau masih muda. Kamu harus menikmati masa mudamu.
Iky tersenyum sambil menggenggam tangan ibunya “Nggak apa-apa, Bu, kalau aku bisa membantu Ibu, itu sudah cukup buat aku bahagia.”
Keesokan harinya saat Iky sedang belajar di kelasnya, wali kelasnya memberitahukan kepada semua murid bahwa ujian semester 1 akan dilaksanakan minggu depan dan harus membayar komite sekolah agar mendapatkan kartu ujian.
Iky yang mau dengar itu pun merasa sedih, iya berfikir dari mana orang tuanya mendapatkan uang untuk membayar komitenya. Tidak terasa bel pulang terdengar dan Iky langsung bergegas pulang menuju rumahnya.
Saat malam hari Ayahnya memanggil Iky “Iky ini ada uang hasil kerja Ayah untuk bayar komite sekolahmu, Ayah tahu minggu depan kamu akan ujian.”
Iky merasa sedih namun harus tetap tersenyum “Ayah sudah bekerja keras, duitnya Ayah pakai untuk kepentingan lain saja, komitenya tidak harus dibayarkan langsung.”
“Sudah tidak apa-apa Ky Ayah masih ada simpanan uang kok.” Ucap Ayahnya memberi tahu.
“Ya sudah kalau begitu, terimakasih Ayah.” Ucap Iky sambil memeluk Ayahnya.
Tidak terasa Iky pun telah mengikuti ujian dengan lancar, dan hasil yang memuaskan. Hari libur pun tiba Iky di ajak Rifal pergi berlibur di pantai.
Saat Iky sedang di pantai ia melihat hamparan lautan yang sangat luas membentang, Iky duduk di bawah pohon yang besar dan sangat rindang. Iky melihat ke arah laut dan berpikir kenapa hidupnya seperti ini!! Banyak cobaan yang harus dihadapi, kapan episode di mana ia dapat bahagia bersama orang tuanya.
Karena hari sudah mulai Petang Rifal dan Iky pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Liburan sekolah masih beberapa hari lagi. Suatu hari Saat Iky i berada di taman yang sama, seseorang anak kecil mendekatinya sambil menangis, Iky berjongkok sambil mengelap air mata anak itu “kenapa menangis, Adik kecil? Bukankah lebih indah jika kamu tersenyum?”
Anak kecil itu menyeka air matanya “aku jatuh dan lututku sakit…”
“Oh, begitu ya? Sakit memang ya, kadang kita cuma perlu menangis untuk melepaskannya. Tapi setelah itu, coba kita tersenyum lagi. Lihat, lebih cantik, kan?” Ujar Iky
Anak keci litu tersenyum kecil “iyaa… Terima kasih, Kakak.”
“Sama-sama.” Jawab Iky sambil tersenyum melihat anak kecil itu ceria kembali.
Melihat itu, Iky merasakan dirinya seolah bercermin. Mungkin, sama seperti anak ini, ada kalanya kita butuh menangis, membiarkan diri merasakan kesedihan tanpa harus menyembunyikan dibalik senyuman. Iky menyadari bahwa menjadi kuat bukan berarti menutupi rasa sakit, melainkan menerima kenyataan dan belajar dari setiap luka.
Hari itu Iky menyadari sesuatu yang penting. Iya tak harus selalu terlihat kuat, iya berhak untuk merasa rapuh, dan iya tahu bahwa tidak apa-apa sesekali ia ingin menangis. Senyumannya tetap ada, tapi ia tahu senyuman itu bukan lagi sekedar perisai. Kini, itu adalah senyuman yang lebih jujur, senyuman yang menerima seluruh bagian dari dirinya, baik suka maupun duka.
Setelah Iky mulai membuka diri, iya ketemu lagi dengan Rifal di sekolah.
“Iky, senyumanmu sekarang terlihat berbeda.” Ucap Rifall sambil berjalan beriringan
“Bedanya giman?” Tanya Iky
“Lebih…Tulus… Lebih hangat, seperti ada sesuatu yang kamu lepaskan.” Jawab Rifal
Iky tersenyum “aku sudah belajar untuk menerima semuanya, Rifal. Ternyata tersenyum itu jauh lebih indah ketika kita benar-benar berdamai dengan diri kita sendiri.”
Sejak saat itu, senyuman Iky bukan lagi cara untuk menyembunyikan luka, melainkan tanda bahwa ia telah berdamai dengan semuanya. Dan kini, senyumannya menjadi lebih tulus, menghangatkan siapapun yang melihatnya, karena dibalik senyuman itu ada seseorang laki-laki yang telah belajar menerima dan mencintai dirinya apa adanya.
Gagasannya bagus, menjunjung nilai kearifan, keikhlasan , dan kebijaksanaan. Eksekusi konflik batin tokoh utama walaupun terasa masih datar, namun sudah mampu membawa cerita kepada ending dan pesan moral yang diharapkan. Faktor penulisan kata dan pungtuasi (tanda baca) secara umum masih lumayan banyak yang perlu mendapat perhatian. Support banget untuk “Cerita di Balik Senyuman”.
Semangat jangan menyerah tetap semangat membagikan karya nya kakak
Siapa yang tahu bahwa dibalik senyuman itu, tersimpan sebuah cerita yang tak semua orang bisa pahami