“Dia terlihat begitu angkuh” bisik Gayu sesaat sebelum tiba tiba tak sadarkan diri. Kemudian ia diseret menjauh dari keramaian oleh Ripa.
Setelah hampir satu jam Gayu pingsan akhirnya dia mulai tersadar dan mulai membuka matanya. “Dimana saya” tanyanya kepada Ripa. “Untung segera aku selamatkan, lain kali jaga biacaramu” jelas Ripa. “Di STM ini ada satu orang yang tidak bisa tersinggung sedikitpun, jangankan dengar ucapan, melirik pun sangat beresiko”. Lanjut Ripa.
“Mungkin ada backingan si bocah tengil itu di sek” blepak!! Sebuah tamparan dari Anri yang sedari tadi duduk di belakang Gayu sebelum Gayu menyelesaikan ucapannya. “Eh lo itu yang bocah tengil ya. Berani Lo ngomongin dia, bahkan di sekolah kita ini seolah dimana mana ada cctv, dinding, meja kursi semua seolah bisa mendengar” Anri menjelaskan dengan mata tajam hidung dikerutkan dan gigi gemertak. “udahlah intinya gua ingetin yang terakhir kali jangan pernah berfikir tentang dia atau dia akan menghantuimu seumur hidupmu” tutup Anri sambil memberi tamparan ringan di pipi Gayu sesaat kemudian merengkuh leher Ripa menyeretnya meninggalkan Gayu sendirian.
Aura dingin pimpinan the Kasda Sok 19-1 menghantui STM. Bukan hanya siswa, menejemen sekolah pun gelisah dengan adanya kelompok tersebut. Sempat dibubarkan tapi selalu muncul lagi dengan nama baru. Sebelumnya bernama the Trasul dengan pimpinan Hatho alumni yang masih berpengaruh kuat.
“Seluruh Waka dan tim kedisiplinan harap kumpul di ruang waka pagi ini, kondisi genting” tiba-tiba wa dari Rifer terkirim di grup dinas Senin pagi sebelum bel berbunyi. Semua sontak dan bertanya tanya ada kejadian genting apa.
“Bapak ibu akhir akhir ini kita lihat banyak kejadian dan membuat tidak nyaman. Lagi lagi gank tidak jelas itu. Saya minta segera ditindak, cari pimpinannya jika perlu kita keluarkan” sambutan pembuka pak Rifer. Semua hanya mengangguk diliputi rasa bersalah telah lalai dengan kejadian keributan yang tidak bisa ditolerir dengan status wa serentak dari para siswa yang menjelekkan nama sekolah. “Mohon izin ini data data status wa dan ig siswa siswa kita” sambil memaparkan di layar Bu Taserli dengan lugas menjelaskan. “Silakan kalau ada usul” tukas pak Rifer.
“Mohon izin pak Rifer, berdasarkan laporan Intel kita pimpinan ini punya pengaruh yang sangat kuat dia bisa menggerakkan seluruh siswa” jelas pak Hitto pembina ketarunaan.
“Kita punya aturan jelas, kita tindak saja, apalagi membahayakan nama baik sekolah” sahut pak Prisu. “Tapi mohon maaf pak menurut saya, kita jangan gegabah apakah mereka benar benar pelakunya atau ada yang bermain di belakang, saya justru punya pandangan lain terhadap kelompok ini” . Pak Vano yang sedari awal hanya menahan diri karena pemikirannya berbeda.
“Ada benarnya pemikiran pak Vano, jangan kita salah menangkap si wajah serigala padahal srigala berbulu domba sesungguhnya masih berkeliaran”. Sahut pak Harimata. “Tangkap ikannya tanpa keruh airnya” lanjutnya.
“Oke bapak/ibu saya simpulkan saja dan nanti akan saya laporkan ke kepala sekolah, kita akan lihat dulu siapa dalang dan seberapa kesalahannya, kalau nanti ternyata fatal akibatnya mungkin kita harus merelakan jika harus mengeluarkan siswa dan jika perlu laporkan ke yang berwajib, kemudian tim segera lakukan penyelidikan” tutup pak Rifer mengakhiri breafing.
Di depan loby sekolah setelah breafing Bu Taserli dan pak Vano mengumpulkan tim batalion.
“Alparis, Win are dan kamu Finda setelah yang ibu ceritakan tadi tugas kalian jaga ketegakan batalyon kita” perintah Bu Taserli kepada danyon Alparis dan wadanyon Finda serta Win are dan beberapa anggotanya. “Cari data tentang kelompok Kasda Sok 19-1, termasuk pimpinan dan semua yang terlibat” lanjut Bu Taserli. “Bu bagaimana kalau kita tes besok, saat sekolah kita jadi tuan rumah lomba futsal antar SLTA, mereka pasti datang dan jadi suporter” usul Alparis. “Tapi apakah tidak terlalu beresiko, sekolah akan malu saat mereka buat kekacauan” jawab Bu Taserli.
“Bagaimana kalau kita diskusikan dulu dengan pak Prisu dan pak Harimata siapa tau disetujui” sela Finda. “Oke sepertinya bagus kalau kita diskusikan dulu dengan pak Prisu dan pak Harimata”. Jawab Bu Taserli sambil mengetikan sesuatu yang dikirimkan ke pak Prisu dan pak Harimata. Bu taserli kemudian membuka suara setelah beberapa saat mereka menunggu izin dari pak Prisu dan pak Harimata. “Kita diizinkan tapi dalam pengawasan pak Prisu dan pak Harimata”. Semua tim memberi hormat dan serentak berkata “siap laksanakan”.
“Win are kamu tetap dekati Gabie, pacar pimpinan Kasda Sok 19-1. Tetap hati hati jangan sampai ketahuan, cari informasi sebanyak banyaknya” perintah Bu Taserli kepada win are dan tim. “Laksanakan!!!” jawab Win are dan tim serentak.
Keesokan harinya, Gabie dengan terburu buru melapor ke pak Hitto yang sedang mengumpulkan tim di teras depan loby. “Maaf pak izin melapor, ada informasi besok saat pertandingan futsal dan akan membawa beberapa drum pak”. Semua terdiam, sejurus kemudian Gabie melirik ke tim yang berdiri tidak jauh darinya. Spontan anggota tim yang hadir terkejut, kemudian tanpa komando secara hampir bersamaan tim bubar karena tidak mau terlibat urusan dengan permaisuri pimpinan Kasda Sok 19-1 karena tau resikonya. Kemudian Gabie pun undur diri pamitan. Setelah menghilang di sudut gedung pak Hitto dikejutkan dengan kedatangan Anri, Ripa, Gayu dan Daha kawan baru Gayu yang ternyata sedari tadi di belakang pintu kaca ruang loby. “Maaf pak kami mendengar semua, sepertinya bapak harus waspada dengan Gabie” Ripa berkata. “Memang kenapa?” Tanya pak Hitto. “Gabie itu bukannya pacar si” glubraak!! belum selesai bicara Daha tiba tiba ambruk. “Angkat ke dalam” perintah pak Hitto. Sambil mengangkat Daha, Ripa berkata pelan ke pak Hitto yang mengikuti mereka dari belakang “begitulah pak, sekarang menjadi teror, siapapun berani menyebut nama salah satu atau kedua pasangan itu selalu terjadi begini seolah ada assassin. “Ya sudah nanti kita cari solusi, kalian urusi dulu Daha sampai dia sadar.” Sambil berjalan menjauh pak Hitto berpesan.
Pertandingan futsal antar SLTA akhirnya digelar, pak Vano dibantu pak Dima serta pak Braba menjadi pengadil lapangan. Semua berjalan mulus sampai akhirnya sekelompok suporter memasuki tribun dengan membawa beberapa drum dengan nyanyian yel yel khas anak teknik. Win are menghadap pak Harimata yang sedang berdiri berdua dengan pak Prisu. “Izin pak sepertinya suasana mulai tidak nyaman dengan kedatangan suporter yang membawa bendera Kasda Sok 19-1”. Setelah melirik pak Prisu, sambil tersenyum pak Harimata menjawab “biar saja dulu ini menjadi ujian mereka apakah layak berada di STM atau harus dimusnahkan, kamu kembali ke timmu dan tetap waspada” dengan anggukan Win are pamitan.
Suporter yang mengatasnamakan diri Kasda Sok 19-1 terus bernyanyi diiringi suara drum begitu riuh membuat suasana jadi heboh, bahkan sekumpulan suporter SMA yang mayoritas cewek terpana dan sontak ikut bernyanyi meskipun pelan. Suasana pemain di lapangan pun menyala, pertandingan lebih hidup dan bersemangat. Tiba tiba semua hening iringan drumpun berhenti, semua mata tertuju ke arah pintu lapangan dimana berjalan sesosok pria tinggi kurus dengan pakaian rapi, wajah cool, pandangan lembut dan senyum tipis nyaris tak terlihat, disampingnya bak permaisuri membuat iri yang melihat, diiringi beberapa teman wanita bak dayang dayangnya mereka berjalan ke tengah kerumunan. Dalam waktu singkat seperti dikomando kerumunan membelah memberi jalan keduanya. Entah dari mana datangnya di tengah kerumunan sudah ada dua kursi yang tinggi khusus buat raja dan permaisuri. Setelah mereka duduk, dengan satu jentikan jari diiringi suara lebut king berkata “lanjutkan”, lagu selamat datang diringi drum kembali bergemuruh bahkan lebih heboh dari semula.
Semua tim kedisiplinan dan seluruh Waka sudah mulai bersiap dengan semakin riuhnya suporter. Setelah beberapa lagu dinyanyikan tiba tiba di lapangan terjadi tabrakan seorang pemain dengan lawannya hingga terguling berkali kali. “Woy dasar wasit bibaaaaa” sebuah kalimat diteriakan keras membuat semua seperti dihipnotis terdiam dan seluruh mata menuju ke arah sekumpulan suporter Kasda Sok 19-1, sementara antar suporter Kasda saling tatap seolah saling tuduh. Pak Rifer langsung berdiri menyahut mic yang dipegang komentator berkata dengan sangat marah. “Kalian semua memang perusuh, semua kumpul ke lapangan depan, dan kamu yang duduk di kursi belagak seperti raja ikut saya. Mohon maaf kepada semua dan lomba silakan dilanjutkan”.
Sekelompok suporter digiring pembina ketarunaan dan tim kedisiplinan menuju ke lapangan depan, Sedangkan the king berjalan di belakang pak Rifer melalui jalan yang berbeda ke arah loby diiringi pak Prisu, pak Harimata, Alparis, Vina dan Yanri. Sesampainya di loby the king disuruh duduk sementara di luar loby anggota suporter Kasda dikumpulkan.
“Pembelaan apa lagi setelah kejadian di depan mata” pak Rifer membuka pembicaraan. The king dengan wajah tetap santai dengan senyum khasnya tetap diam. Mendadak pak Hitto mengangkat tangan hendak menampar tapi tiba tiba dia ambruk. Semua terkejut tetapi tidak dengan the king yang tidak sedikitpun merubah ekspresi. “Kamu sungguh sudah kelewatan, tidak ada maaf lagi dengan ini saya putuskan mulai hari ini kamu dinyatakan…” Belum selesai pak Rifer berkata tiba tiba masuklah kepala sekolah pak Mr. dan berkata “tunggu!! Semua dalam pengawasan saya dan inilah sebenarnya” setelah dengan menepuk tangan sekali masuklah ke ruangan Daha dan Gayu. Kemudian pak Mr. Mengambil camera mikro dari leher mereka berdua. “Disini bukti semua siapa sebenarnya perusuh selama ini, saya sudah mengecek, bukan Kasda Sok 19-1 pelakunya. Justru saya bangga dan akan saya izinkan tetap ada dengan catatan jaga nama baik sekolah, tidak anarkis dan nanti akan diangkat satu orang pembina dari guru untuk menjamin ketertiban kalian.” Semua akhirnya bergembira. Suporter di luar juga menjadi bergemuruh dengan menyanyikan lagu yel yel Kasda Sok 19-1.
Hmmmmmm…. No komen. Gak mampu mengapresiasi karena pedagogik yang saya punya dan teori sastra yang kumiliki tak sanggup menganalisis manuver sang penulis.
Pemuda kekuatan yang akan mengguncang dunia di tangan dingin para pendidk sang Pelukis Masa Depan
Bersama kita bersatu taruna/i dan guru. Kita rancang dan warnai masa depan
Semakin merunduk semakin jelas berisi mbak Un. Hanya Mencoba mengejawantahkan situasi dan harapan anak STM sih
Kita punya aturan jelas, kita tindak saja, apalagi membahayakan nama baik sekolahâ