Di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota, hiduplah seorang anak kecil bernama Maisan. Maisan dikenal sebagai anak yang berhati emas karena selalu siap membantu siapa saja tanpa pamrih. Meskipun usianya baru delapan tahun, Maisan memiliki rasa empati yang luar biasa.
Pagi itu, Maisan bangun lebih awal dari biasanya. Ia bersemangat untuk pergi ke rumah neneknya yang terletak di ujung desa. Dengan sepeda kecilnya, Maisan mengayuh penuh semangat melewati jalanan desa yang masih sepi.
Maisan: “Ibu, Maisan berangkat dulu ya! Mau ke rumah nenek.”
Ibu: “Hati-hati di jalan, nak. Jangan lupa bawa roti ini untuk nenekmu.”
Maisan: “Siap, Bu! Maisan pamit!”
Di tengah perjalanan, Maisan melihat temannya, Budi, sedang duduk di pinggir jalan dengan wajah murung.
Maisan: “Hei, Budi! Kenapa kamu duduk di sini sendirian?”
Budi: “Sepedaku rusak, Maisan. Rantai sepedaku lepas dan aku nggak tahu cara memperbaikinya.”
Maisan: “Tenang, Budi! Biar Maisan bantu.”
Dengan cekatan, Maisan memasang kembali rantai sepeda Budi. Tak lama kemudian, sepeda Budi kembali bisa digunakan.
Budi: “Terima kasih banyak, Maisan! Kamu memang baik.”
Maisan: “Sama-sama, Budi. Yuk, kita ke rumah nenekku bersama-sama!”
Saat melanjutkan perjalanan, Maisan melihat seorang nenek tua yang kesulitan membawa keranjang penuh sayuran.
Maisan: “Nek, boleh Maisan bantu bawakan keranjangnya?”
Nenek: “Oh, terima kasih sekali, nak. Nenek sudah tua dan keranjang ini sangat berat.”
Maisan: “Biar Maisan yang bawakan, Nek.”
Maisan dan Budi pun membantu nenek itu membawa keranjang sayurannya hingga sampai ke rumah nenek tua tersebut.
Nenek: “Kalian berdua sungguh anak-anak yang baik. Terima kasih banyak ya.”
Maisan: “Sama-sama, Nek. Semoga sayurannya laku terjual.”
Akhirnya, Maisan dan Budi sampai di rumah nenek Maisan. Nenek Maisan sudah menunggu di depan pintu dengan senyum hangat.
Nenek: “Maisan, cucuku! Akhirnya kamu datang. Siapa temanmu ini?”
Maisan: “Ini Budi, Nek. Kami tadi bertemu di jalan. Budi, ini nenekku.”
Budi: “Halo, Nek!”
Nenek: “Selamat datang, Budi. Ayo masuk, kita sarapan bersama.”
Maisan tumbuh menjadi anak yang selalu siap membantu orang lain. Dia tidak hanya membantu dengan tenaga, tetapi juga dengan hati yang tulus. Kebaikan Maisan membuat banyak orang di desa merasa bersyukur dan bangga mengenalnya. Karena hati emasnya, Maisan menjadi teladan bagi anak-anak di desanya.
Maisan: “Nek, Maisan akan selalu berusaha menjadi anak yang baik, seperti yang nenek ajarkan.”
Nenek: “Nenek bangga padamu, Maisan. Teruslah menjadi anak yang berhati emas.”
Maisan tersenyum dan menikmati hari itu bersama nenek dan teman-temannya, dengan penuh kebahagiaan dan kasih sayang.
Saling membantu satu sama lain dan tolong menolong
Dari judul yang saya baca hari ini..saya belajar untuk membantu orang lain yang sedang kesulitan membantu dari tenaga .maupun yang lainnya apa yang saya mampu..terima kasih
meskipun umunya baru delapan tahun,iya sering membantu siapa saja tanpa pamrih
Anak yang sangat baik hati