Di sebuah desa kecil, di mana mentari bersinar cerah dan angin berbisik lembut, hiduplah dua sahabat, Arina dan Fajri. Mereka berdua bagai dua bintang di langit malam, saling bersinar dan melengkapi satu sama lain. Fajri, dengan senyumnya yang hangat, selalu mengantar jemput Arina, menapaki jalanan yang berdebu dengan penuh suka cita. Hari demi hari, mereka saling mendukung, meski terkadang seperti Tom dan Jerry, saling meledek dan menggoda.
Namun, di balik tawa dan canda, ada rasa rindu yang menggelora saat salah satu dari mereka tidak hadir mengaji. Arina merindukan kehadiran Fajri, dan Fajri pun merasakan hal yang sama. Suatu hari, saat matahari bersinar cerah, datanglah Dena, teman Arina, dengan hati yang bergetar. Dena jatuh hati pada Fajri dan menitipkan salam untuk Arina.
Dengan niat usil, Arina menyampaikan salam itu kepada Fajri, tetapi Fajri tampak acuh tak acuh. Arina pun bertekad untuk mengerjai Fajri, mengatakan kepada Dena bahwa Fajri menyambut salamnya. Dena pun menganggap bahwa Fajri menerima cintanya, sementara Fajri hanya bisa mengelus dada, tak berdaya menghadapi keisengan Arina.
Tak lama kemudian, datanglah Ipul, teman Fajri, yang juga naksir pada Arina. Dengan penuh harapan, Ipul menitipkan salam untuk Arina melalui Fajri. Fajri, yang merasa terjebak dalam permainan, membalas keisengan Arina dengan mengatakan bahwa Arina juga mengirimkan salam untuk Ipul. Ipul pun mengira bahwa Arina menyukainya.
Suatu hari, Ipul mengirimkan surat cinta kepada Arina, mengungkapkan perasaannya. Fajri, dalam kebodohannya, kembali menjawab surat itu atas nama Arina, menyatakan bahwa Arina menerima cinta Ipul. Berita itu pun menyebar, dan Arina merasa bingung, curiga bahwa Fajri adalah dalang di balik semua ini.
Marah, Arina menolak untuk berbicara dengan Fajri dan mengadukan kelakuan Fajri kepada ayahnya, yang juga merupakan guru agama Arina. Ayah Fajri, yang sangat menyayangi Arina, menasehati Fajri untuk meminta maaf dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Namun, Arina masih ngambek, hatinya terbakar oleh rasa kecewa.
Suatu hari, saat Arina sedang berdiri di depan pintu mushola, Asep menghampirinya dan memberikan surat tanpa nama. Arina membaca surat itu, yang mengungkapkan perasaan seseorang yang mencintainya, tetapi tak ada nama yang tertera. Arina bingung, siapa gerangan yang mengirimkan surat itu?
Ketika Arina merenungkan isi surat tersebut, tiba-tiba Fajri berbisik, “Kok suratnya gak dibalas?” sambil berlalu menuju shaf laki-laki. Arina terkejut, apakah surat itu dari Fajri? Hari demi hari berlalu, Fajri tidak hadir mengaji, dan Arina merindukan kehadirannya.
Ketika Arina menunggu di pintu mushola, ayah Fajri memberitahunya bahwa Fajri sakit tipes. Cemas, Arina segera membalas surat cinta Fajri melalui Asep, berharap bisa memperbaiki hubungan mereka. Akhirnya, saat Fajri sembuh, mereka bertemu dan saling mengungkapkan perasaan.
Dalam pelukan yang hangat, Arina dan Fajri menyadari bahwa persahabatan mereka telah berkembang menjadi cinta yang tulus. Mereka berjanji untuk saling menjaga dan mendukung, tidak hanya sebagai sahabat, tetapi juga sebagai pasangan. Dalam setiap tawa dan air mata, mereka menemukan arti sejati dari cinta dan persahabatan.
Dan di bawah langit yang cerah, dua bintang bersinar lebih terang, menandakan bahwa cinta dan persahabatan dapat berjalan beriringan, saling melengkapi dalam setiap langkah kehidupan.