Di Desa Suak Buatan, Kecamatan Sidomulyo, terdapat sebuah pantai yang dikenal dengan nama Pantai Keramat. Pantai ini memiliki keindahan yang memikat, dengan laut lepas yang berwarna biru dan pasir yang berkilau. Namun, di balik keindahan tersebut, terdapat kisah misterius yang membuat pantai ini dikenal sebagai “keramat”. Di tepi pantai, terdapat sebuah kuburan tua yang diyakini milik seorang ulama yang dihormati oleh masyarakat setempat.
Suatu hari, menjelang bulan puasa, sebuah rombongan dari salah satu SD di desa itu merencanakan wisata ke Pantai Keramat. Para murid sangat antusias, terutama karena mereka akan mengadakan bancakan rabu pucuk dan bermain di pantai. Guru-guru pun bersemangat untuk mendampingi murid-murid mereka.
Ketika rombongan tiba di pantai, suasana riuh rendah oleh tawa dan sorak-sorai anak-anak. Mereka segera berlari menuju pantai, merasakan pasir yang hangat di kaki mereka. Beberapa murid mulai bermain air, sementara yang lain menyiapkan makanan untuk bancakan. Di antara mereka, ada dua siswa bernama Rina dan Andi yang sangat bersemangat untuk berenang.
Meskipun guru-guru telah memperingatkan agar tidak berenang terlalu jauh, Rina dan Andi tidak mendengarkan. Mereka berlari ke arah laut dan melompat ke dalam air. Awalnya, mereka merasa senang dan bebas, tetapi tiba-tiba ombak besar datang menghantam mereka. Arus laut yang kuat menarik mereka ke tengah.
Melihat kejadian tersebut, salah satu guru bernama Pak Ahmad segera berlari ke arah mereka. Tanpa berpikir panjang, ia melompat ke dalam air untuk menyelamatkan kedua muridnya. Dengan keberanian yang luar biasa, Pak Ahmad berhasil meraih Rina dan Andi, tetapi arus laut semakin kuat. Ia berjuang keras untuk membawa mereka kembali ke tepi pantai.
Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, Pak Ahmad akhirnya berhasil membawa Rina dan Andi ke tepi. Namun, naas, ia sendiri terjebak dalam arus dan tidak dapat kembali. Murid-murid dan guru lainnya yang menyaksikan kejadian itu panik dan berteriak meminta bantuan. Mereka berusaha menarik Pak Ahmad, tetapi arus laut terlalu kuat.
Akhirnya, setelah beberapa usaha, Pak Ahmad tidak berhasil kembali. Tim penyelamat yang datang kemudian menemukan tubuhnya di dalam air. Rina dan Andi selamat, tetapi kehilangan guru yang telah berjuang untuk menyelamatkan mereka. Kejadian itu meninggalkan duka mendalam bagi seluruh rombongan dan masyarakat desa.
Setelah tragedi tersebut, Pantai Keramat tidak hanya dikenal karena keindahannya, tetapi juga sebagai tempat yang menyimpan kisah pengorbanan. Masyarakat desa semakin menghormati kuburan tua di tepi pantai, sebagai pengingat akan ulama yang menjaga mereka dan Pak Ahmad yang telah berkorban demi murid-muridnya. Kisah ini menjadi pelajaran bagi semua orang untuk selalu menghormati alam dan menjaga keselamatan saat berada di pantai. Pantai Keramat tetap menjadi tempat yang penuh kenangan, di mana keindahan dan tragedi berpadu dalam satu cerita