Huntara, pria berusia 40-an tahun yang penuh semangat, akhirnya berlibur ke Yogyakarta, sebuah rencana yang sudah lama ia nanti-nantikan. Tujuannya adalah untuk singgah di kota istimewa itu sebelum melanjutkan perjalanan ke Wonogiri untuk mengunjungi neneknya. Ia memulai perjalanannya dari Merak dengan bus Rosalia Indah menuju Solo karena ada keperluan, kemudian melanjutkan ke Yogyakarta.
Namun, perjalanan ini menjadi lebih spesial karena Pak De Subiantoro, sahabat dekatnya yang bisa dibilang “besti,” sudah menunggunya di Yogyakarta. Pak De Subiantoro, pria berusia 68 tahun, adalah tetangga dekat Huntara di Kalianda Lampung. Meskipun terpaut usia cukup jauh, hubungan mereka sangat akrab layaknya ayah dan anak. Pak De Subiantoro, yang merupakan perantau asli Yogyakarta yang tinggal di Kalianda lampung, sudah berada di kota itu 15 hari sebelumnya untuk menghadiri reuni bersama teman-teman SMA Negeri 2 Yogyakarta.
Setelah perjalanan panjang, Huntara akhirnya tiba di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, tempat yang sudah mereka sepakati sebagai titik temu. Suasana masjid yang tenang membuat lelahnya sedikit terobati.
Tak lama, suara motor tua mendekat. Seorang pria dengan senyum ramah melambai ke arahnya. “Huntara! Wah, akhirnya sampai juga!” seru Pak De Subiantoro sambil melepas helmnya.
“Pak De! Alhamdulillah, akhirnya bisa ketemu lagi!” balas Huntara dengan wajah penuh kebahagiaan.
Setelah saling menyapa, Pak De langsung mengajak Huntara untuk makan soto di warung favoritnya. “Soto dulu, biar tenaga kamu pulih. Ada warung legendaris dekat sini yang rasanya nggak ada tandingannya,” ujar Pak De Subiantoro.
Mereka pun meluncur ke warung soto yang sederhana namun penuh pelanggan. Kuah bening yang gurih dan potongan ayam kampung menyambut mereka. Huntara menyeruput kuah soto dengan penuh semangat. “Pak De, ini sotonya enak banget. Nggak heran kalau ini jadi warung favorit,” katanya.
Pak De Subiantoro tertawa. “Makanya, kalau soal rasa, Yogyakarta memang nggak ada duanya, Yogyakarta Istimewa”
Setelah makan, Pak De Subiantoro mengajak Huntara berkeliling Malioboro, sebelumnya pak De Subiantoro mengajak Huntara untuk membeli tiket BUS Puspa Kenanga untuk kembali ke Lampung tanggal 8 Desember 2024. Mereka memarkir motor di dekat Pasar Beringharjo dan mulai berjalan menyusuri trotoar yang ramai oleh wisatawan dan pedagang kaki lima. Huntara membeli beberapa oleh-oleh seperti bakpia, kaos khas Jogja, dan kain batik. Sementara itu, Pak De Subiantoro terus berbagi cerita tentang kenangannya di Yogyakarta.
Ketika malam tiba, mereka kembali ke Hotel Front One Cabin Malioboro, tempat Huntara menginap. Namun, sebelum Pak De Subiantoro berpamitan, Huntara berkata, “Pak De, bagaimana kalau malam ini menginap di sini saja? Besok pagi kita kan berangkat ke Wonogiri bareng. Saya sudah pesan travel Star Travel buat kita berdua.”
Pak De Subiantoro mengangguk setuju ajakan sahabat dekatnya itu. “Baiklah, Huntara. Tapi malam ini kita harus ngopi dulu di depan hotel, biar makin santai,” katanya sambil tersenyum.
Malam itu, mereka duduk di warung kopi kecil di depan hotel. Dengan secangkir kopi panas dan pisang goreng, mereka berbincang santai tentang banyak hal kenangan di Lampung, rencana perjalanan ke Wonogiri, dan cerita Pak De Subiantoro selama reuni di Yogyakarta.
“Yogyakarta memang nggak pernah kehilangan pesonanya ya, Pak De?” tanya Huntara sambil menikmati kopinya.
“Betul, Huntara. Jogja ini bukan cuma soal tempat, tapi tentang rasa nyaman dan kenangan yang nggak bisa dilupakan,” jawab Pak De Subiantoro dengan senyum penuh arti.
Obrolan mereka malam itu penuh kehangatan, seperti dua sahabat sejati yang saling berbagi kebahagiaan.
Keesokan harinya, tepat pukul 08.00, travel Star Travel tiba di hotel untuk menjemput mereka. Pak De membantu memastikan barang bawaan Huntara sudah lengkap sebelum mereka naik ke mobil. Dalam perjalanan menuju Wonogiri, mereka melanjutkan obrolan tentang kehidupan, keluarga, dan rencana mereka di masa depan.
Perjalanan ini tidak hanya menjadi kesempatan bagi Huntara untuk mengunjungi neneknya, tetapi juga momen untuk mempererat hubungan dengan sahabat dekatnya, Pak De Subiantoro. Sementara itu, bagi Pak De Subiantoro, perjalanan ini menjadi pengingat betapa berharganya kebersamaan dengan seseorang yang ia anggap seperti keluarga.
Saat mobil travel melaju di jalanan Wonogiri yang penuh dengan pemandangan hijau, keduanya merasa bersyukur atas momen-momen sederhana yang penuh makna ini. Liburan ini bukan hanya tentang destinasi, tetapi tentang persahabatan yang selalu membuat hidup terasa lebih indah.