Setelah pertemuan yang hangat dengan sahabat lama Pak Huntara, Pak Ali Shobah, perjalanan mereka berlanjut ke tujuan berikutnya: PT. Demi Gisela Citra Sinema yang terletak di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Namun, perjalanan kali ini sangat berbeda dari yang diharapkan, berkat tingkah laku Bang Satryo, sopir mereka yang arogan, sopir yang tidak terampil dan tidak sopan.
Setiap kali Pak Huntara memberikan instruksi, Bang Satryo terlihat tidak peduli dan malah sering membantah dengan nada yang kurang menyenangkan. “Bang, itu belok kiri! Kenapa malah terus?” Pak Huntara memberi arahan dengan sabar, tetapi Bang Satryo malah membantah.
“Ya, Pak, saya tahu, kok! Ini kan jalan yang lebih cepat,” jawab Bang Satryo dengan nada tinggi, seolah tidak mendengarkan instruksi Pak Huntara.
Pak Huntara yang sudah mulai merasa kesal, berusaha menenangkan dirinya. “Bang, tolong dengarkan saya. Kalau terus begini, kita bisa kesasar,” ucap Pak Huntara dengan nada tegas, namun tetap berusaha sabar.
Abiya, yang duduk di samping Bang Satryo, tampak cemas melihat ketegangan di antara ayah dan sopir. “Papi, kenapa Bang Satryo nggak dengar instruksi? Kok malah muter terus?” tanyanya dengan bingung.
Pak Huntara menatap Abiya dengan lembut, mencoba menjaga ketenangannya. “Tenang, Nak. Papi akan pastikan kita sampai tujuan. Ini cuma perjalanan yang sedikit lebih sulit,” jawab Pak Huntara, walaupun hatinya mulai terganggu.
Dengan kesalahan yang terus berulang, perjalanan yang semestinya hanya memakan waktu sekitar satu jam kini sudah berlangsung lebih dari dua jam. Bang Satryo tidak hanya sering keliru dalam memilih jalan, tetapi juga merasa tersinggung saat Pak Huntara memberi arahan. “Pak, nggak usah terlalu nyuruh-nyuruh, saya kan sopir,” ucap Bang Satryo dengan nada kesal.
Pak Huntara menghela napas panjang, menahan diri untuk tidak marah. Namun, perasaan frustrasi semakin menumpuk. “Kalau begini terus, kita nggak akan sampai-sampai,” gumam Pak Huntara dalam hati, mencoba untuk tetap fokus pada tujuan mereka.
Setelah berputar-putar tanpa arah yang jelas, mereka akhirnya tiba di lokasi PT. Demi Gisela Citra Sinema. Namun, akibat terlambat, orang yang ingin ditemui Pak Huntara sudah tidak ada di kantor. Rasa kecewa yang mendalam muncul dalam diri Pak Huntara. Ketika resepsionis memberi tahu bahwa pertemuan tersebut dibatalkan karena si kontak sudah memiliki agenda lain, Pak Huntara merasa seolah-olah semua usaha dan waktu yang terbuang sia-sia.
“Apakah bisa dijadwalkan ulang?” tanya Pak Huntara dengan nada rendah, berharap masih ada harapan.
“Maaf, Pak. Kontak Anda sudah pergi dan kami tidak bisa menjadwalkan ulang hari ini,” jawab resepsionis dengan sopan.
Pak Huntara hanya mengangguk pelan. Rasa kecewa semakin mendalam, dan semua rasa frustrasi yang tertahan selama perjalanan keluar begitu saja. “Ini tidak mungkin,” pikirnya. “Kita sudah jauh-jauh datang, tapi gagal begitu saja.”
Abiya yang mendengar percakapan tersebut, melihat wajah ayahnya yang mulai muram. “Papi, kok kita nggak jadi ketemu sama orang itu?” tanya Abiya dengan suara pelan.
Pak Huntara menatap Abiya, mencoba untuk tetap tersenyum meskipun perasaannya hancur. “Tenang, Nak. Kadang memang ada hal-hal yang di luar kendali kita,” jawabnya, meskipun hatinya sedang terluka.
Dengan suasana hati yang terpuruk, Pak Huntara memutuskan untuk mengalihkan tujuan mereka. “Kita tidak jadi ke sini, Nak. Kita akan ke sepupu Papi di Ciputat. Pasti lebih menyenangkan,” ucapnya, berusaha mengubah arah liburan ini agar lebih positif.
Abiya yang melihat ayahnya kecewa, mencoba memberi semangat. “Papi, kita tetap bisa bersenang-senang kok, meskipun nggak jadi ketemu orang itu!” kata Abiya dengan penuh semangat.
Perjalanan menuju Ciputat terasa lebih ringan, meskipun Pak Huntara masih merasa kesal dengan kondisi yang terjadi. Sampai di Ciputat, mereka disambut dengan hangat oleh sepupu Pak Huntara. Rumah sepupunya yang sederhana namun nyaman memberi suasana yang lebih tenang setelah perjalanan yang penuh ketegangan.
Pak Huntara duduk bersama sepupunya sambil menikmati teh hangat. “Penuh kejutan, ya, perjalanan kali ini,” kata Pak Huntara dengan senyum yang dipaksakan, mencoba melupakan kekecewaan yang baru saja dialaminya.
Sepupunya tersenyum dan mengangguk. “Terkadang perjalanan itu tidak selalu mulus. Yang penting kita masih bisa berkumpul dan menikmati waktu bersama,” jawab sepupunya dengan bijak.
Pak Huntara mengangguk pelan. Ia sadar, meskipun rencana hari itu tidak berjalan sesuai harapan, ada hal-hal yang lebih berharga. Kebersamaan dengan orang-orang terdekat lebih berharga daripada kesuksesan yang tidak berarti.
Abiya, yang sedang bermain dengan anak sepupunya, tampak begitu bahagia. “Papi, aku senang banget bisa ketemu teman-teman baru di sini!” teriak Abiya dengan ceria.
Mendengar kegembiraan Abiya, Pak Huntara merasa sedikit lebih lega. Terkadang, meskipun rencana kita gagal, hal-hal kecil seperti kebahagiaan anak dapat mengingatkan kita akan apa yang benar-benar penting dalam hidup.
“Papi, aku senang banget bisa liburan sama Papi,” kata Abiya dengan senyum lebar, memeluk ayahnya.
Pak Huntara tersenyum dan membalas pelukan Abiya. “Aku juga senang, Nak. Meski perjalanan hari ini nggak mudah, tapi kita masih punya waktu untuk menikmati kebersamaan,” jawabnya, dengan perasaan lebih ringan meski hari itu penuh ketegangan.
Di tengah semua kekecewaan dan frustrasi, Pak Huntara menyadari bahwa kadang perjalanan hidup memang tidak sesuai dengan rencana. Namun, dengan kebersamaan dan semangat untuk terus melangkah, segala hal akan terasa lebih baik. Liburan ini, meskipun tidak sempurna, tetap menjadi kenangan indah yang akan dikenang Pak Huntara dan Abiya selamanya.
Kesan yang di dapat dari cerpen di atas adalah: kadang perjalanan hidup memang tidak sesuai dengan rencana. Namun, dengan kebersamaan dan semangat untuk terus melangkah, segala hal akan terasa lebih baik.
Bagas Ryansyah
TBSM 1
Kesan: terkadang perjalanan hidup tidak sesuai dengan rencana.namun dengan kebersamaan dan semangat segala hal akan terasa lebih baik
kadang perjalanan hidup memang tidak sesuai dengan rencana. Namun, dengan kebersamaan dan semangat untuk terus melangkah, segala hal akan terasa lebih baik.
Gacor mas
Seharusnya bisa menerima pendapat dari orang lain agar tidak tersasar ,dan suasana di perjalanan menjadi lebih tenang aman dan damai , kesabaran adalah kunci untuk kedamaian dalam menghadapi orang yang susah di berikan pendapat
Kesan yang didapat adalah setiap kegagalan pasti akan ada yang lebih indah dari kegagalan itu, seperti kisah ini gagal dalam kontrak tapi sang anak tetap menikmati liburannya.