Usai mengunjungi sepupunya di Sawah Lama, Ciputat, suasana hati Pak Huntara terasa lebih ringan. Abiya masih penuh semangat setelah bermain dengan sepupu-sepupunya. Dalam perjalanan pulang, Pak Huntara teringat seseorang yang sudah lama ingin ia temui Pak Haji Yadi Maryadi, sahabat yang ia kenal lewat Facebook tujuh tahun lalu. Selama bertahun-tahun, komunikasi mereka hanya terbatas pada pesan WhatApp dan Facebook. Namun kali ini, kesempatan bertemu langsung tak ingin ia lewatkan.
Pak Huntara, duduk di kursi belakang, membuka ponselnya untuk memastikan alamat Pak Haji di Jalan Musyawarah, Ciputat. Sementara itu, Abiya duduk di depan, tepat di samping Bang Satryo, sopir mereka yang kemampuan menyopirnya sering kali menguji kesabaran. Di tengah perjalanan, Pak Huntara memberikan arahan kepada Bang Sat, yang seperti biasa menanggapinya dengan sedikit arogan.
“Bang Sat, nanti belok kiri setelah masjid besar, ya,” ujar Pak Huntara.
Namun, Bang Satryo hanya mengangguk sambil mengemudi dengan gaya yang tergesa-gesa dan tidak fokus. Beberapa kali, arah yang diberikan terlewat sehingga mereka harus memutar balik. Di kursi depan, Abiya memegang erat tas kecilnya sambil melirik sopir dengan sedikit rasa canggung.
“Papi, kenapa Bang Sat sering salah jalan, ya?” tanya Abiya pelan, namun cukup keras untuk terdengar oleh Pak Huntara.
Pak Huntara tersenyum kecil meski hatinya sedikit kesal. “Sabar, Nak. Nanti juga kita sampai,” jawabnya, mencoba menenangkan Abiya.
Akhirnya mereka tiba di rumah Pak Haji Yadi Maryadi sekitar pukul 19.40, setelah Isya. Rumah itu besar, modern, dengan halaman yang luas dan terawat rapi. Dari luar, Abiya sudah tak sabar ingin masuk.
“Papi, rumahnya besar sekali. Pak Haji orang kaya, ya?” tanyanya polos.
Pak Huntara tersenyum. “Iya, Nak. Tapi yang lebih penting, beliau orang baik,” jawabnya sambil keluar dari mobil.
Pak Haji Yadi Maryadi menyambut mereka di depan pintu dengan senyuman hangat. Dengan usia 68 tahun, ia tampak bugar dan penuh energi. Mengenakan baju koko putih dan sarung, ia menjabat tangan Pak Huntara dengan erat.
“Assalamualaikum, Pak Huntara! Alhamdulillah, akhirnya kita bisa bertemu langsung,” sapa Pak Haji.
“Waalaikumsalam, Pak Haji. Saya juga senang sekali akhirnya bisa bertemu. Ini anak saya, Abiya,” jawab Pak Huntara sambil mengenalkan putrinya.
“Wah, Abiya sudah besar. Senang sekali bertemu kamu, Nak. Silakan masuk,” ujar Pak Haji sambil mengusap kepala Abiya dengan penuh kasih.
Di dalam rumah, interiornya semakin mengesankan. Perpaduan antara modernitas dan sentuhan tradisional menciptakan suasana yang hangat. Abiya terpukau melihat ruang tamu yang luas, dihiasi lukisan-lukisan indah dan rak penuh buku.
“Silakan duduk, Pak Huntara. Istri saya, Bu Rahmah, sedang menyiapkan hidangan,” ujar Pak Haji mempersilakan mereka ke ruang tamu.
Tak lama, Bu Rahmah datang dengan senyuman ramah, membawa teh hangat dan kudapan tradisional. “Selamat datang, Pak Huntara, Abiya. Semoga nyaman di sini,” ucapnya.
Percakapan pun mengalir. Pak Haji mulai bercerita tentang masa mudanya saat bekerja di sebuah NGO internasional yang sering mengirimnya ke berbagai daerah di Indonesia. Ia berbagi banyak pengalaman, mulai dari membantu masyarakat pedalaman hingga mendukung program pemberdayaan perempuan.
“Saya belajar banyak dari pengalaman itu, terutama tentang keberagaman budaya kita. Setiap daerah punya cara bertahan hidup yang unik, dan itu sangat menginspirasi,” kata Pak Haji dengan penuh semangat.
Abiya mendengarkan dengan serius. “Pak Haji, jadi Pak Haji sering jalan-jalan, ya? Aku juga mau keliling Indonesia kalau sudah besar,” ujarnya dengan mata berbinar.
Pak Haji tersenyum. “Tentu bisa, Abiya. Yang penting kamu rajin belajar dan punya rasa ingin tahu. Dunia ini luas dan penuh keindahan,” katanya bijak.
Pak Haji juga menceritakan kehidupannya setelah pensiun. Untuk mengisi waktu luang, ia sempat menjadi penyiar radio di sebuah stasiun swasta di Ciputat. “Waktu itu, saya membacakan cerita malam dan memutar lagu-lagu nostalgia. Rasanya menyenangkan bisa berbagi cerita dengan pendengar,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Pak Huntara kagum dengan semangat hidup Pak Haji. “Pak Haji luar biasa. Di usia sekarang, masih aktif dan produktif. Apa rahasianya?” tanyanya.
Pak Haji tertawa. “Ah, tidak ada rahasia khusus, Pak Huntara. Saya hanya menjaga pola makan, berolahraga, dan selalu bersyukur. Itu saja,” jawabnya.
Abiya, yang duduk di samping Pak Haji, menatapnya penuh kagum. “Pak Haji, nanti aku boleh dengar rekaman siaran radionya, ya?” pintanya.
“Tentu, Abiya. Kalau nanti kamu datang lagi, saya akan putarkan rekamannya,” janji Pak Haji sambil tersenyum.
Malam semakin larut. Ketika jam menunjukkan pukul 21.00, Pak Huntara merasa sudah waktunya untuk pamit. “Pak Haji, terima kasih atas keramahan dan waktunya. Pertemuan ini sangat berarti untuk saya dan Abiya,” ucapnya.
“Jangan sungkan untuk datang lagi, ya. Saya senang sekali akhirnya kita bisa bertemu,” balas Pak Haji sambil menjabat tangan Pak Huntara dengan hangat.
Dalam perjalanan kembali ke hotel, suasana di dalam mobil hening. Abiya terlihat mulai mengantuk di kursi depan, sementara Pak Huntara, yang duduk di belakang, termenung memikirkan pertemuan malam itu. Kehangatan dan kebijaksanaan Pak Haji memberikan inspirasi besar bagi dirinya.
Ketika mereka sampai di hotel, Abiya sudah tertidur pulas di kursi depan. Pak Huntara tersenyum lembut sambil membangunkan putrinya. “Abiya, bangun, Nak. Kita sudah sampai,” katanya pelan.
Abiya membuka matanya perlahan. “Papi, aku senang ketemu Pak Haji. Aku mau ke sana lagi nanti,” gumamnya sebelum kembali bersandar di bahu Pak Huntara.
Pak Huntara mengangguk, merasa bersyukur atas perjalanan ini. Meskipun penuh tantangan, liburan kali ini adalah salah satu pengalaman yang paling berharga dalam hidupnya—bukan hanya karena tempat-tempat yang ia kunjungi, tetapi juga karena pertemuan yang membawa makna mendalam.
Kalau kita punya keinginan untuk bertemu dengan kawan yang sudah lama gak ketemu maka Allah pasti akan memudahkan jalannya.walau banyak rintangan.kesabaran adalah kunci dari keberhasilan dan apa yang kita inginkan pasti berhasil.pak huntara hebat ( dalam bersabar)