Pagi itu, 17 Desember 2024, udara Jakarta terasa segar, membawa semangat baru di hari terakhir liburan Pak Huntara dan Abiya. Setelah sarapan di hotel bersama Bang Satryo, mereka segera check-out, memasukkan barang-barang ke dalam mobil, dan langsung menuju Kebun Binatang Ragunan. Abiya tampak sangat antusias, duduk di depan di samping Bang Satryo, sambil terus berbicara tentang hewan-hewan yang ingin dilihatnya.
“Papi, kita bakal lihat gajah, kan? Abi mau lihat harimau juga? Aku mau foto sama mereka!” seru Abiya penuh semangat.
“Iya, Nak, kita keliling Ragunan, lihat banyak hewan, dan kalau ada yang menarik, kita berhenti untuk foto,” jawab Pak Huntara sambil tersenyum dari kursi belakang.
Perjalanan menuju Ragunan hanya memakan waktu sekitar 20 menit dari hotel. Begitu tiba, suasana di sana sudah mulai ramai. Pak Huntara segera membeli tiket masuk menggunakan Jakarta Card yang telah ia persiapkan sebelumnya. Setelah tiket di tangan, mereka berjalan masuk ke dalam area kebun binatang.
Abiya langsung terlihat takjub begitu melihat suasana Ragunan yang luas dan rindang. Pohon-pohon besar dan suasana alami membuat udara di sana terasa sejuk, meskipun matahari mulai bersinar terang.
“Papi, lihat itu burung besar! Warna-warni!” seru Abiya sambil menunjuk ke arah kandang burung macaw yang terletak di dekat pintu masuk.
“Itu burung macaw, Nak. Burung ini asalnya dari Amerika Selatan. Warnanya indah, ya? Mereka juga pintar meniru suara manusia,” jelas Pak Huntara dengan sabar.
Mereka terus berjalan lebih jauh ke dalam, melewati kandang-kandang hewan lainnya. Abiya tampak sangat bersemangat saat melihat gajah besar sedang makan rumput.
“Papi, gajahnya besar banget! Aku mau foto sama gajah!” katanya sambil menarik tangan ayahnya.
Pak Huntara tertawa kecil sambil mengeluarkan ponselnya. Ia mengabadikan momen ketika Abiya berdiri dengan latar belakang gajah. Setelah itu, mereka menuju kandang harimau yang terletak tidak jauh dari situ.
Abiya memandang harimau dengan penuh kekaguman. “Papi, harimau itu kelihatan seram. Dia galak nggak?”
“Harimau memang buas, tapi di sini mereka aman karena ada kandang. Kita tetap harus hati-hati, ya,” jawab Pak Huntara sambil merangkul bahu putranya.
Melihat area Ragunan yang sangat luas, Pak Huntara memutuskan menyewa sepeda listrik selama satu jam dengan biaya 40 ribu rupiah. Ia mengendarai sepeda listrik sambil membonceng Abiya. Sepeda itu mempermudah mereka berkeliling dan menikmati seluruh area kebun binatang.
Setiap kali mereka melihat kandang yang menarik, mereka berhenti. Salah satu momen yang membuat Abiya tertawa adalah ketika melihat monyet-monyet yang sedang bermain dan saling berebut makanan.
“Papi, monyetnya lucu banget! Mereka seperti anak kecil yang rebutan mainan,” kata Abiya sambil tertawa.
“Iya, Nak, monyet memang hewan yang pintar dan sering bermain. Tapi jangan terlalu dekat, ya,” kata Pak Huntara sambil menjaga jarak.
Mereka juga mengunjungi kandang jerapah yang tinggi menjulang, dan Abiya terpesona melihat hewan itu. “Papi, leher jerapah panjang banget! Mereka makan daun di pohon yang tinggi, ya?”
“Betul sekali. Leher panjang itu membantu mereka menjangkau makanan di pohon. Kamu pintar, Nak,” jawab Pak Huntara dengan bangga.
Setelah sekitar 40 menit berkeliling, mereka berhenti di sebuah area teduh untuk istirahat sejenak. Pak Huntara mengeluarkan air mineral dari tasnya dan memberikan kepada Abiya.
“Minum dulu, biar kamu nggak kehausan,” katanya.
Abiya meneguk air dengan semangat. “Papi, aku senang banget di sini. Ini liburan terbaikku!”
Pak Huntara tersenyum hangat. “Papi juga senang, Nak. Liburan ini bukan cuma untuk kamu, tapi untuk kita berdua. Papi ingin kamu punya banyak pengalaman dan kenangan indah.”
Setelah cukup beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan. Salah satu momen paling berkesan adalah ketika mereka melihat komodo di area reptil. Abiya terdiam, matanya melebar melihat reptil besar itu.
“Papi, itu komodo? Besar banget! Seperti naga!” serunya dengan nada kagum.
“Betul, Nak. Komodo ini hewan asli Indonesia, dari Pulau Komodo. Mereka adalah kadal terbesar di dunia,” jelas Pak Huntara.
Abiya mengangguk dengan penuh rasa ingin tahu. Ia tidak menyangka bahwa Indonesia memiliki hewan sebesar dan seunik itu.
Menjelang pukul 10 pagi, area kebun binatang semakin ramai dengan pengunjung. Pak Huntara memutuskan untuk menyudahi kunjungan mereka. Setelah mengembalikan sepeda listrik, mereka berjalan perlahan menuju pintu keluar.
“Terima kasih ya, Papi, sudah ajak aku ke sini. Aku nggak akan lupa hari ini,” kata Abiya sambil menggenggam tangan ayahnya.
Pak Huntara tersenyum. “Sama-sama, Nak. Liburan ini juga membuat Papi bahagia karena bisa melihat kamu senang.”
Setelah keluar dari area Ragunan, mereka menuju mobil untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. Meski Ragunan hanya bagian kecil dari liburan mereka, pengalaman di sana meninggalkan kesan mendalam yang akan terus dikenan
seorang ayah yang senang melihat anaknya bahagia dengan hal sederhana
seorang anak yang excited dengan kebun binatang walaupun itu hanya bagian kecil liburan nya tetapi memiliki banyak kenangan bersama ayahnya