Di sudut ruangan perpustakaan sekolah, Ardi duduk terpekur. Di tangannya tergenggam pena hitam sederhana yang selalu setia menemaninya. Pena itu adalah hadiah dari ayahnya sebelum ia meninggal dua tahun lalu. Meski sudah lama, pena itu masih berfungsi dengan baik, dan bagi Ardi, benda itu lebih dari sekadar alat tulis—itu adalah simbol semangat dan pengingat untuk terus berjuang.
Ardi adalah seorang siswa biasa. Ia tak punya banyak teman, dan sering kali lebih memilih menghabiskan waktu dengan buku atau menulis. Meskipun begitu, ia memiliki bakat menulis yang luar biasa. Setiap kata yang ditulisnya mengalir dengan indah, dan setiap ceritanya mampu menggugah hati para pembacanya.
Suatu hari, sekolah Ardi mengadakan lomba menulis puisi tingkat nasional dengan tema “Harapan dan Cita-cita.” Semua siswa didorong untuk berpartisipasi, tetapi Ardi ragu. Teman-temannya sering meremehkan kemampuannya, membuatnya merasa tidak cukup baik untuk mengikuti lomba sebesar itu.
Namun, ketika ia membuka buku catatannya dan melihat tulisan kecil di pojok halaman yang ditulis ayahnya dulu, hatinya tergerak. Tulisan itu berbunyi, *“Nak, jangan takut bermimpi. Tinta hitam ini akan membantumu mengukir prestasi.”*
Dengan kata-kata ayahnya menguatkan hati, Ardi pun memutuskan untuk ikut. Malam itu, ia duduk di meja belajarnya, pena hitam di tangannya bergerak dengan cepat, mencurahkan isi hati dan harapannya untuk masa depan. Ia menulis tentang mimpinya untuk membahagiakan ibunya, mimpinya untuk melihat dunia dengan caranya sendiri, dan tentang semangat ayahnya yang masih ia rasakan hingga kini.
Keesokan harinya, Ardi menyerahkan puisinya ke guru bahasa Indonesia, Pak Budi. Saat Pak Budi membacanya, ia terkejut sekaligus terharu. Puisi Ardi begitu dalam dan penuh makna, mencerminkan perasaan yang jujur dan tulus. Pak Budi yakin, karya Ardi bisa memenangkan lomba ini.
Waktu berlalu, dan pengumuman pemenang pun tiba. Seluruh siswa berkumpul di aula sekolah dengan jantung berdebar. Ketika nama Ardi dipanggil sebagai juara pertama, aula pun bergemuruh dengan tepuk tangan. Ardi maju ke depan, merasa seperti sedang bermimpi.
Dengan trofi di tangannya, Ardi menatap pena hitam itu sekali lagi. Pena sederhana yang selalu menemaninya kini menjadi saksi perjuangan dan prestasinya. Ia menyadari bahwa tinta hitam dari pena ayahnya telah mengukir jalannya menuju impian.
Dari hari itu, Ardi menjadi inspirasi bagi banyak siswa di sekolahnya. Ia membuktikan bahwa meski hanya dengan pena hitam sederhana, impian bisa dicapai, dan prestasi bisa diraih. Tinta hitam yang pernah dianggap biasa kini telah mencatat kisah luar biasa dalam hidupnya.
.
Ceritanya menyeramkan
Jangan dengerin kata orang ikuti kata hti kita sja
Latihan fisik semakin intensif, dan semangatku seakan menyala-nyala kembali. Aku ingat kata-kata ibu dan ayah, “Jika memang itu impianmu, pasti ada jalan.” Ternyata benar, jalan itu selalu ada selama aku tidak menyerah.
pelajaran yang saya dapat, kita harus bersungguh’ dalam belajar untuk meraih masa depan yang terang atau indah
Kita akan senang jika bertemu dengan orang yg kita sangat rindukan
kita harus jangan mudah menyerah karena semua itu butuh proses
Ardi membuktikan bahwa meski hanya dengan pena hitam sederhana impian bisa di capai dan prestasi bisa di raih
sebuah pena hitam dapat mengukir prestasi
apa bila kita usaha dan tekun belajar
jangan mudah menyerah dan putus asa karena semua itu butuh proses
Reply
ANALISIS HIKAYAT DAN CERPEN
NAMA:TEGAR SATRIA PUTRA
KELAS:X TKJ 1
judul:hikayat si miskin
latar
1.LATAR:
TEMPAT:istana,rumah,negeri,tempat, pembuangan sampah,taman raja,negara antah berantah,hutan, kampung,pasar
WAKTU:dahulu kala,suatu hari,malam,siang hari,pagi hari,sehari hari,petang,tiga bulan malam empat belas hari
SUASANA:sedih, gembira,tegang, menyedihkan,dan mengharukan
2.ALUR/PLOT:maju
3.TOKOH/PENOKOHAN:
SI MISKIN:protagonis
ISTRI SI MISKIN:protagonis
RAJA:antagonis
WARGA KAMPUNG:antagonis
ORANG PASAR: protagonis
4.SUDUT PANDANG:orang ketiga serba tahu
5.AMANAT: hadapilah seumur rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati jangan memandang orang dari luar tetapi lihatlah ke dalam hatinya hendaknya kita menolong sesama yang sedang kesulitan
CERPEN
JUDUL:tinta hitam yang mengukur prestasi
1.LATAR:
TEMPAT:sekolah
WAKTU:pagi hari,suatu hari,malam itu
SUASANA:keraguan, kebahagiaan dan kepuasan
2.ALUR:maju
3.PENOKOHAN:
protagonis:ardi
tritagonis:pak budi
antagonis:tidak ada
4.SUDUT PANDANG: orang ketiga
5.PESAN/AMANAT: sebuah pena hitam dapat mengukir prestasi apabila kita usaha dan tekun belajar dan kita harus bersungguh-sungguh dalam belajar untuk meraih masa depan yang terang atau indah