Matahari pagi menyinari Kota Kalianda dengan hangat, menyelinap melalui tirai jendela rumah Pak Huntara. Di dapur kecil, aroma kopi hitam bercampur dengan wangi roti bakar yang baru saja keluar dari panggangan. Pagi ini, seperti biasanya, suasana rumah dipenuhi rutinitas keluarga.
“Mami sudah berangkat?” tanya Pak Huntara sambil menyeduh kopi untuk dirinya sendiri.
“Sudah, Pi,” jawab Abiya, putranya yang sedang memasukkan buku-buku ke dalam tas. Sang Mami, seorang perawat di rumah sakit di Kalianda, memang selalu berangkat lebih awal untuk mengejar jadwal dinas pagi.
Hari ini, 28 November 2024, adalah hari penting bagi Abiya. Ia akan mengikuti Sumatif Akhir Semester (SAS) di SMP Negeri 5 Kalianda. Sebagai ayah, Pak Huntara memastikan semua kebutuhan putranya terpenuhi.
“Abi, pensilnya sudah diraut? Penghapusnya ada?” tanya Pak Huntara, memastikan tidak ada yang terlupakan.
“Sudah semua, Pi,” jawab Abiya dengan senyum kecil. “Tapi Abi deg-degan,” tambahnya sambil melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 06:30.
“Itu wajar. Kamu sudah belajar keras. Tinggal percaya diri saja,” ujar Pak Huntara menepuk bahu putranya, memberi semangat.
Setelah sarapan, mereka berangkat menggunakan Toyota Avanza G 2009, dua tahun sebelum abi lahir. Mobil itu, meskipun sudah tua, tetap setia menemani perjalanan mereka sehari-hari. Dalam perjalanan menuju sekolah, jalanan mulai ramai dengan para siswa dan pedagang yang berlalu lalang.
“Pi, nanti Abi selesai ujian boleh makan es krim, ya?” pinta Abiya.
“Boleh. Tapi selesaikan dulu ujianmu. Jangan buru-buru mikir es krim,” jawab Pak Huntara sambil tersenyum.
Tepat pukul 06:50, mereka tiba di SMP Negeri 5 Kalianda. Pak Huntara berhenti di depan gerbang sekolah dan menatap Abiya dengan bangga.
“Semangat, Nak. Papi jemput nanti siang,” ucapnya.
“Iya, Pi. Doakan Abi lancar, ya,” jawab Abiya sebelum berlari memasuki gerbang sekolah.
Setelah mengantar Abiya, Pak Huntara melanjutkan perjalanan ke SMK Negeri 7 Kalianda tempatnya mengajar. Meski tidak ada jadwal mengajar atau mengawas hari ini, ia tetap harus hadir untuk mengisi absen sikap online dan manual. Sebagai seorang guru yang disiplin, ia merasa tanggung jawab ini penting meski hanya formalitas.
Tiba di SMK Negeri 7 Kalianda pukul 07:00, suasana tampak masih sepi. Guru-guru lain sedang berdatangan .
“Pak Huntara, nggak ikut mengawas?” tanya salah satu rekannya.
“Enggak, Bu. Hari ini saya nggak ada jadwal. Setelah absen, mau servis mobil,” jawabnya sambil tersenyum.
Setelah urusannya selesai di sekolah, Pak Huntara melanjutkan perjalanan ke Auto2000 di pusat Kota Kalianda. Mobil tua memang sudah melewati batas kilometer servis. Ia merasa ini waktu yang tepat untuk memastikan kendaraan siap digunakan, terutama untuk perjalanan liburan keluarga ke Jakarta bulan depan.
Setibanya di Auto2000 pukul 08:00, ia disambut ramah oleh petugas bengkel.
“Selamat pagi, Pak Huntara. Ada yang bisa kami bantu?” tanya seorang staf.
“Mau servis rutin dan ganti oli. Mobil ini sudah minta perhatian khusus,” jawabnya.
Setelah pemeriksaan, teknisi memberikan estimasi pengerjaan sekitar tiga jam. Pak Huntara memilih duduk di ruang tunggu bengkel yang nyaman. Dengan secangkir teh hangat di tangan, ia memanfaatkan waktu untuk membaca berita di ponselnya. Sesekali, pikirannya melayang pada rencana lMamiran keluarga ke Jakarta pada pertengahan Desember nanti.
Liburan ini adalah hadiah untuk Abiya yang sudah bekerja keras di sekolah. Sang istri, meski sibuk bekerja, juga ikut bersemangat menyusun rencana perjalanan.
Tepat pukul 11:00, mobil selesai diservis. Biaya mencapai Rp1.479.000, mencakup penggantian oli, filter udara, dan pengecekan rem. Meski terasa cukup berat di kantong, Pak Huntara merasa lega karena mobil kini kembali prima.
Pak Huntara segera menuju SMP Negeri 5 Kalianda untuk menjemput Abiya. Sesampainya di gerbang sekolah, ia melihat putranya menunggu dengan wajah ceria.
“Gimana ujianmu, Nak?” tanya Pak Huntara begitu Abiya masuk mobil.
“Lancar, Pi. Soalnya nggak terlalu susah,” jawab Abiya dengan penuh semangat.
“Bagus. Sekarang kita ke bimbel, ya. Papi tunggu di sana nanti,” kata Pak Huntara sambil menyalakan mobil.
Perjalanan ke Bimbingan Belajar Prima Genius memakan waktu sekitar 5 menit. Setibanya di sana pukul 12:00, Abiya langsung masuk kelas untuk sesi belajar tambahan mata pelajaran matematika selama dua jam.
Sementara itu, Pak Huntara memilih bersantai di sebuah warung kopi kecil tak jauh dari bimbel. Ia memesan kopi hitam dan memeriksa pesan singkat dari istrinya.
“Ujiannya Abi tadi lancar?” tanya sang istri melalui chat.
“Lancar. Dia cerita soal-soalnya nggak terlalu susah. Sekarang lagi bimbel,” balas Pak Huntara.
“Syukurlah. Aku nanti pulang malam ya, shift agak panjang,” tulis istrinya lagi.
Pak Huntara hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. Ia tahu betapa keras istrinya bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Tepat pukul 14:00, Abiya selesai belajar. Dengan wajah yang sedikit lelah, ia masuk mobil dan berkata, “Abi lapar, Pi.”
“Makan siang dulu yuk. Ada warung enak di dekat sini,” jawab Pak Huntara.
Mereka berhenti di sebuah warung makan sederhana yang menyajikan masakan khas Kalianda. Abiya memilih ayam bakar dengan minum es jeruk, sementara Pak Huntara memesan ikan goreng dengan sambal terasi.
“Pi, nanti liburan di Jakarta, Abi boleh ke Dufan, kan?” tanya Abiya di sela-sela makannya.
“Tentu. Kita rencanakan bareng Mami nanti. Papi sudah siapkan mobil, tinggal menyiapkan duitnya yang banyak,” jawabnya sambil tersenyum.
Setelah makan siang, mereka akhirnya pulang ke rumah. Di perjalanan, Abiya tertidur di kursi depan sebelah kiri samping pak huntara, kelelahan setelah seharian beraktivitas. Pak Huntara melirik putranya dengan penuh kasih sayang, merasa bangga dengan perjuangannya.
Sesampainya di rumah sekitar pukul 15:30, Abiya langsung menuju kamar untuk istirahat. Pak Huntara duduk di teras, menikmati teh hangat sambil merenungkan hari yang telah berlalu.
Meski sederhana, hidup keluarga kecil ini penuh dengan cinta, kerja keras, dan harapan. Mereka terus melangkah, saling mendukung untuk masa depan yang lebih baik. Sebuah hari yang sibuk, namun penuh makna bagi seorang ayah dan keluarganya.