Di Desa Kaliliak palas, hidup seorang lelaki tua bernama Mbah Juri. Setiap hari, Mbah Juri berkeliling dari kantor ke kantor dengan motor tuanya, menjajakan tape singkong yang ia buat sendiri. Tape singkong Mbah Juri terkenal lezat, hasil fermentasi yang sempurna dan rasa manis yang alami.
Mbah Juri sudah menjual tape singkong selama lebih dari dua dekade. Motor tuanya yang setia, meskipun sudah sering mogok, tetap menjadi andalannya untuk mencari nafkah. Di usia yang senja, semangat Mbah Juri tak pernah pudar. Setiap pagi, ia bangun sebelum fajar untuk memulai proses pembuatan tape singkong. Ia selalu memastikan bahwa tape yang ia jual adalah yang terbaik.
Suatu hari, setelah seharian berkeliling menjual tape, Mbah Juri sedang dalam perjalanan pulang. Di dalam tasnya, terdapat hasil penjualan tape singkong selama sehari penuh. Ia bermaksud menggunakan uang tersebut untuk membeli bahan-bahan kebutuhan sehari-hari dan sedikit menyisihkan untuk keperluan mendesak. Namun, di tengah perjalanan, nasib malang menimpa Mbah Juri.
Di sebuah gang sepi, tiba-tiba saja ada seorang penjambret yang muncul dari balik bayangan dan merampas tas Mbah Juri. Lelaki tua itu terjatuh dari motornya dan hanya bisa menyaksikan penjambret tersebut melarikan diri dengan hasil jerih payahnya. Dengan tubuh gemetar, Mbah Juri berusaha bangkit, tetapi luka di lututnya membuatnya sulit berdiri.
Malam itu, Mbah Juri pulang dengan hati yang hancur. Di rumahnya yang sederhana, ia duduk di kursi tua dan merenungkan kejadian tersebut. Tanpa disadari, air mata menetes di pipinya. Namun, ia tahu bahwa meratapi nasib tidak akan mengubah apa pun. Keesokan paginya, meski masih merasakan sakit di lututnya, Mbah Juri kembali bangun pagi untuk membuat tape singkong. Ia tidak ingin menyerah pada keadaan
.
Berita tentang perampokan yang menimpa Mbah Juri cepat menyebar di kalangan pelanggan setianya. Mereka merasa prihatin dan berinisiatif mengumpulkan donasi untuk membantu Mbah Juri. Dalam waktu singkat, terkumpul cukup uang untuk mengganti kerugian yang dialami Mbah Juri. Bahkan, ada yang memberi lebih untuk membantu memperbaiki motor tuanya.
Ketika para pelanggan datang memberikan hasil donasi kepada Mbah Juri, ia sangat terharu. Ia tidak pernah menyangka bahwa begitu banyak orang peduli padanya. Dengan mata berkaca-kaca, Mbah Juri mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantunya.
Dengan dukungan dan cinta dari para pelanggannya, Mbah Juri terus berjualan tape singkong. Kejadian perampokan tersebut tidak membuatnya patah semangat, justru semakin menguatkan tekadnya untuk terus bekerja keras. Bagi Mbah Juri, hidup adalah tentang bangkit dari setiap keterpurukan dan melanjutkan langkah dengan penuh harapan.
Dan demikianlah, lelaki tua dengan motor tuanya tetap setia berkeliling kota, menjajakan tape singkongnya yang lezat. Kejadian buruk itu tidak mematahkan semangatnya, melainkan mengajarkan bahwa kebaikan dan ketulusan hati akan selalu menemukan jalan kembali kepada kita.