Kembali ke Fitrah
Di sebuah desa yang tenang dan asri, hiduplah seorang pria bernama Arif. Sejak kecil, Arif dikenal sebagai anak yang baik hati, penuh kasih, dan selalu menghormati orang tua serta tetangganya. Namun, seiring berjalannya waktu, tekanan hidup dan kesibukan sehari-hari membuat Arif berubah. Ia menjadi sosok yang mudah marah, egois, dan sering kali lupa akan nilai-nilai kebaikan yang dulu ia pegang teguh.
Suatu sore, setelah seharian bekerja keras di kantor, Arif melangkah pulang dengan wajah lelah. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang pemuda tua bernama Pak Hasan. Pak Hasan adalah seorang petani yang sederhana namun bijaksana. Ia dikenal di desa sebagai sumber nasihat dan panduan hidup, sering kali mengingatkan pemuda-pemuda tentang pentingnya menjaga hati dan kembali ke fitrah manusia.
Pak Hasan menatap Arif dengan penuh perhatian dan berkata, “Arif, kau tampak terbebani. Apakah kau baik-baik saja?”
Arif terkejut oleh kepedulian Pak Hasan. Hatinya tersentuh dan ia merasa ada seseorang yang benar-benar peduli. Ia lalu menceritakan semua masalah dan beban yang selama ini menimpanya. Pak Hasan mendengarkan dengan seksama, lalu berkata dengan lembut, “Arif, terkadang kita perlu kembali ke asal kita, kembali kepada fitrah. Ingatlah nilai-nilai kebaikan yang pernah kau pelajari dan terapkan dalam hidupmu.”
Kata-kata Pak Hasan menyentuh lubuk hati Arif. Ia mulai merenung dan menyadari betapa jauhnya ia telah melenceng dari jalan yang benar. Dengan tekad baru, Arif memutuskan untuk mengubah dirinya dan kembali kepada fitrahnya.
Hari-hari berikutnya, Arif mulai menerapkan perubahan kecil yang membawa dampak besar dalam hidupnya. Ia mulai berbicara dengan sopan kepada semua orang, berusaha lebih banyak membantu tetangganya yang membutuhkan, dan meluangkan waktu berkualitas bersama keluarganya. Ia juga rutin berkunjung ke masjid untuk beribadah dan merenungi kebesaran Sang Pencipta.
Setiap malam, Arif merenung dan berdoa agar diberi kekuatan untuk terus berada di jalan yang benar. Ia menyadari bahwa kembali ke fitrah bukan hanya tentang perbuatan baik, tetapi juga tentang menjaga hati agar tetap bersih dan tulus.
Perubahan Arif disambut hangat oleh semua orang di desa. Mereka melihat Arif yang sekarang lebih sabar, penuh kasih, dan selalu siap membantu. Pak Hasan merasa bangga melihat Arif yang telah berhasil kembali ke fitrah dan menghidupi nilai-nilai kebaikan yang sejati.
Pada suatu pagi yang cerah, Arif berjalan ke sawah dan bertemu kembali dengan Pak Hasan. Dengan senyum penuh syukur, Arif berkata, “Terima kasih, Pak Hasan. Kata-katamu telah membuka mata dan hatiku. Aku merasa lebih bahagia dan damai sekarang.”
Pak Hasan tersenyum dan menepuk bahu Arif. “Ingatlah, Arif, kita semua dilahirkan dengan fitrah yang suci. Kembalilah ke fitrahmu setiap kali kau merasa tersesat. Itulah kunci kebahagiaan sejati.”
Arif mengangguk dan berjanji dalam hatinya untuk terus menjaga fitrah dan kebersihan hatinya. Ia belajar bahwa menjadi fitrah adalah perjalanan seumur hidup yang harus dijalani dengan kesungguhan dan ketulusan hati.
Cerita ini mengajarkan kita bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil dan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kesadaran akan nilai-nilai kebaikan dan menjaga hati agar tetap bersih.