Abiya Maisan Huntara, si bintang kecil yang bercahaya, sedang berbaring di kamarnya yang luas. Dindingnya dipenuhi poster-poster dari berbagai film FTV yang pernah ia bintangi, Poster Modelling di berbagai pose, dan Saat menanyi, sertifikat modeling, dan beberapa penghargaan lainnya. Tapi, bukan itu yang memenuhi pikirannya saat ini. Di usianya yang baru 12 tahun, hatinya justru tertambat pada seorang gadis yang kini tengah menjadi sumber segala kebingungannya yaitu Kayla.
Setelah sebelumnya menempuh pendidikan di Boarding School Elite di Kota Lain dan hanya bertahan 21 Hari, Abiya akhirnya pindah ke SMP milik pemerintah di dekat rumahnya. Keputusan itu diambil setelah Abiya mengeluhkan bahwa dia tidak betah di Boarding School. “Aku kangen nenek,” adalah alasan yang paling sering dia utarakan pada orang tuanya, Ustadz dan Ustazahnya di Boarding School.
Sebagai orang tua yang sayang anak , Pak Huntara terbiasa memikirkan pendidikan yang terbaik untuk anaknya. Namun, keinginan Abiya untuk dekat dengan keluarganya, terutama neneknya, tak bisa diabaikan. Kini, Abiya menyesuaikan diri di sekolah baru, yang suasananya jauh berbeda dari sekolah lamanya yang serba mewah.
Di SMP baru nya, Abiya cepat menjadi pusat perhatian. Bukan hanya karena wajahnya yang tampan dengan kulit putih bersih, tetapi juga karena statusnya sebagai seorang talent. Abiya pernah tampil di beberapa FTV, menjadi model, dan bahkan sudah merilis dua single:
“Aku Bukan Sultan Andara karya El Hasan Sannova” dan “Doa Mu Ayah Ibu Karya Iwan Hasra.” Banyak teman sekelasnya yang langsung mengenalinya dari karya-karya tersebut.
Namun, ada satu hal yang membuat hatinya benar-benar tertambat. Kayla, kakak kelasnya yang kini duduk di kelas 8, selalu menjadi sorotan Abiya sejak hari pertama dia pindah. Kayla tidak seperti gadis lain yang terang-terangan mengaguminya. Justru itulah yang membuat Abiya semakin tertarik padanya.
“Kayla keren banget, Man,” bisik Abiya pada Arman, sahabat barunya di kelas 8 satu kelas dengan kayla.
Arman, yang dikenal sebagai sosok ‘mak comblang’ di sekolah, tertawa kecil. “Serius lo, Bi? Kayla? Itu cewek susah, bro. Lo perlu strategi khusus buat deketin dia.”
“Apa pun deh, Man. Gue mau lo bantuin gue deketin dia. Nanti gue kasih lo uang jajan buat seminggu,” kata Abiya tanpa pikir panjang.
Arman, yang memang lihai dalam urusan cinta remaja, langsung mengangguk. “Oke, deal. Gue bakal bikin lo bisa ngobrol sama dia.”
Sementara itu, kehidupan Abiya di rumah berjalan seperti biasa. Orang tua Abiya, terutama Pak Huntara, tetap sibuk dengan pekerjaan. Meski begitu, Pak Huntara selalu berusaha meluangkan waktu untuk memantau perkembangan sekolah Abiya yang baru, mengantarkan dan menjemput sekolah abiya tiap hari
“Abiya, bagaimana sekolah barumu?” tanya Pak Huntara saat dalam mobil perjalanan pulang.
Abiya mengangkat bahu. “Ya, lumayan lah, Yah. Lebih enak daripada Boarding School. Abi gak kangen nenek lagi.”
Pak Huntara tersenyum tipis, meski di dalam hatinya dia tahu bahwa Abiya lebih tertarik pada hal-hal lain di sekolah selain akademik.
Keesokan harinya, rencana Arman mulai dijalankan. Dia mengatur pertemuan antara Abiya dan Kayla di kantin sekolah saat jam istirahat.
“Kayla, lo udah kenal sama Abiya, kan?” tanya Arman dengan nada bercanda saat mereka bertemu di kantin.
Kayla menoleh dengan senyum kecil, matanya menatap Abiya sekilas. “Oh, iya. Aku pernah denger namanya, penyanyi Aku Bukan Sultan Andara kan.”
Abiya tersenyum canggung. “Iya, aku pernah main FTV, menyanyi, model. Tapi sekarang aku lebih fokus sama sekolah.”
Percakapan pun mengalir dengan lancar, dan Abiya merasa semakin dekat dengan Kayla. Setiap kali mereka bertemu di sekolah, Abiya selalu berusaha memberi perhatian lebih. Dia bahkan mulai mengirim pesan singkat, berharap bisa semakin akrab.
Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang mengganggu pikiran Pak Huntara. Suatu hari, dia diundang ke sekolah Abiya untuk menghadiri sosialisasi tata tertib baru, disiplin positif Dalam acara itu, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bisang kesiswaan dengan tegas menyampaikan bahwa tata tertib wajib di patuhi semua siswa termasuk pacaran di sekolah dilarang keras.
“Siswa dilarang pacaran di lingkungan sekolah,” kata kepala sekolah dengan nada tegas, membuat beberapa orang tua murid berbisik satu sama lain. Pak Huntara mendengarkan dengan serius, meski dalam hatinya merasa setuju agar abiya tidak pacaran lagi dan fokus sekolah.
Sepulangnya dari sosialisasi, Pak Huntara langsung di mobil memebritahukan pada Abiya. “Nak, ayah sosialisasi tadi Ada aturan dan ayah rasa kamu harus tahu.”
Abiya yang sedang duduk di samping ayah nya, menatap ayahnya dengan rasa penasaran. “Aturan apa, Yah?”
Pak Huntara membuka lembaran kertas tata tertib yang diberikan pihak sekolah. “coba baca Ini, salah satu nya siswa dilarang pacaran di sekolah,” katanya sambil menunjuk poin yang dimaksud.
Abiya yang mendengar itu langsung menghela napas panjang. “Wah, kok gitu sih, Yah? Cintaku kandas gara-gara aturan sekolah.”
Pak Huntara tertawa kecil mendengar keluhan anaknya. “Ya, kamu kan masih kecil. Fokus dulu aja sama sekolah. Pacaran nanti aja, kalau udah lebih dewasa.”
Abiya mengangguk, meski dalam hatinya dia merasa tidak setuju. “Iya deh, Yah,” jawabnya dengan nada datar, meski pikirannya masih terus memikirkan Kayla.
Keesokan harinya, meski sudah tahu tentang aturan baru itu, Abiya tetap menjalankan rencananya untuk menemui Kayla. Namun, percakapan mereka kali ini terasa berbeda.
“Hi, Kayla,” sapa Abiya dengan senyum yang sedikit canggung.
Kayla menoleh, lalu tersenyum kecil. “Hai, Abiya. Gimana kabar?”
“Aku baik. Sebenarnya… aku mau ngomong sesuatu,” kata Abiya dengan nada serius. “Aku suka sama kamu.”
Kayla terdiam sejenak, lalu tersenyum lagi. “Aku senang kamu jujur, Aku juga suka sama kamu, tapi kamu tahu kan, sekarang ada aturan baru. Kita gak boleh pacaran.”
Abiya terkejut, meskipun dia sudah menduga jawabannya akan seperti itu. “Iya, aku tahu… Tapi, apa gak bisa kita tetap dekat meskipun ada aturan itu?”
Kayla tertawa kecil. “Abiya, kita masih kecil. Kita bisa tetap temenan kok, tapi gak perlu pacaran, pacaran nya nanti kalau sudah SMA ya”
Percakapan itu berakhir dengan senyum dari Kayla, sementara Abiya hanya bisa menerima kenyataan bahwa usahanya untuk mendekati Kayla terhambat oleh aturan sekolah. Dia pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk, antara kecewa dan lega.
Seperti biasa nya abiya di jemput ayah nya, Pak Huntara menunggu di pintu gerbang sekolah, setelah masuk mobil. “Gimana harimu, Nak?” tanya ayahnya.
Abiya tersenyum kecil, lalu mengangkat bahu. “Cintaku kandas gara-gara aturan sekolah, Yah,” jawabnya setengah bercanda.
Pak Huntara tertawa. “Ya, itu mungkin yang terbaik. Kamu masih punya banyak waktu untuk urusan cinta-cintaan. Sekarang, fokus aja dulu sama sekolah dan kegiatanmu yang lain.”
Abiya mengangguk, menyadari bahwa mungkin saat ini memang belum waktunya untuk memikirkan cinta. Lagipula, dia masih punya banyak hal lain yang harus dia lakukan baik di sekolah, maupun di dunia hiburannya.
Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti, cinta yang dia impikan akan datang tanpa perlu dihalangi aturan sekolah.
judul cerpen= Cintaku kandas karena tata tertib sekolah
1. Latar: Tempat = Cerpen? Sekolah
Waktu = Cerpen? Pada saat SMP
Suasana = Cerpen? Bahagia
2. Alur/Plot: Rangkaian pertama (Maju, Mundur, Campuran)
Cerpen = Maju
3. Penokohan: (Antagonis, Protagonis, Tritagonis)
Cerpen= Antagonis (-) Protagonis (Abiya, Arman, Kayla, Pak Huntara) Tritagonis (-)
Judul cerpen = Cintaku gagal karena aturan sekolah
1. Latar: Tempat = Cerpen? Waktu Sekolah = Cerpen? Waktu SMP Suasana = Cerpen? Bahagia
2. Alur: Seri pertama (Maju, Mundur, Campuran) Cerpen = Maju
3. Penokohan: (Antagonis, Protagonis, Tritagonis) Cerpen Antagonis (-) Protagonis (Abiya, Arman, Kayla, Pak Huntara) Tritagonis (-)
4. Pesan/Kesimpulan
Cerpen = Pacaran di dalam sekolah tidak diperbolehkan. fokuslah dengan pendidikan dan kegiatan positif lainnya. Kembangkan prestasimu bukan cintamu. Suatu saat, Cinta yang kita impikan akan datang tanpa dihalangi aturan pendidikan.
judul cerpen = Cintaku kandas karena tata tertib sekolah
Karya cerpen = karya papi huntara
1. Latar:
Tempat = Cerpen? Sekolah
Waktu = Cerpen? Pada saat SMP
Suasana = Cerpen? Bahagia
2. Alur/Plot: Rangkaian pertama (Maju,Mundur, Campuran)
Cerpen = Maju
3. Penokohan: (Antagonis,Protagonis,Tritagonis)
Cerpen = Antagonis (-) Protagonis (Abiya, Arman, Kayla, Pak Huntara) Tritagonis (-)
4. Pesan/Kesimpulan
Cerpen = Pacaran di dalam sekolah tidak diperbolehkan. fokuslah dengan pendidikan dan kegiatan positif lainnya. Kembangkan prestasimu bukan cintamu. Suatu saat, Cinta yang kita impikan akan datang tanpa dihalangi aturan pendidikan.
Judul Hikayat = Si miskin dan marakarma
1. Latar
Tempat = Hikayat? Negeri Puspa Sari
Waktu = Hikayat? Beberapa tahun
Suasana = Hikayat? Sedih dan bahagia
2. Alur/Plot
Rangkaian pertama (Maju,Mundur,Campuran)
Hikayat = Maju
3. Penokohan
(Antagonis, Protagonis, Tritagonis)
Hikayat = Antagonis (Penduduk Setempat, Indra Dewa), Protagonis (Maharaja Indra Angkasa, Putri Ratna Dewi), Tritagonis (Nenek Kebayan)
4. Pesan
Hikayat = Harus menerima takdir tuhan dengan baik, Maka akan merasakan kebahagiaan yang tak ternilai.