Di sebuah SMK ternama, terdapat dua siswa yang bernama Rizky dan Sarah. Keduanya adalah siswa berprestasi yang memiliki impian besar untuk sukses di masa depan. Mereka mulai sering berinteraksi karena sama-sama aktif di organisasi sekolah. Seiring berjalannya waktu, Rizky dan Sarah merasa ada sesuatu yang berbeda antara mereka. Rizky kagum dengan ketekunan dan kebaikan Sarah, sementara Sarah tertarik dengan kecerdasan dan sikap dewasa Rizky. Lambat laun, muncul keinginan untuk mengenal lebih dekat, bahkan terbesit dalam pikiran mereka untuk menjalin hubungan pacaran.
Suatu hari, Rizky memberanikan diri mengutarakan niatnya kepada Sarah. Ia berkata, “Aku pikir, jika kita pacaran, kita bisa saling menguatkan. Bantu aku semangat belajar, dan aku juga akan selalu mendukungmu mencapai impianmu.”
Sarah terdiam sejenak, lalu menjawab dengan senyum tipis, “Aku juga pernah berpikir seperti itu, Rizky. Tapi, apakah itu benar-benar jalan yang baik untuk kita?”
Mereka berdua tidak langsung mengambil keputusan, hingga suatu ketika dalam pelajaran agama, Pak Usman, guru agama mereka, membahas topik tentang hubungan dalam Islam.
“Anak-anak,” ujar Pak Usman memulai, “Islam mengajarkan kita untuk menjaga diri dari hal-hal yang dapat menjauhkan kita dari Allah. Dalam Islam, tidak ada istilah pacaran. Jika kita ingin mengenal seseorang, haruslah melalui jalan yang benar, yang sesuai dengan syariat.”
Mendengar hal itu, Rizky dan Sarah tertegun. Pak Usman melanjutkan, “Sejak dalam kandungan, kita telah berjanji kepada Allah, bahwa hidup dan mati kita hanya untuk-Nya. Jangan sampai kita melanggar janji itu dengan melakukan sesuatu yang tidak diridhoi. Fokuslah pada tugas kalian sekarang sebagai pelajar. Saling mendukung dan memotivasi itu baik, tapi harus dalam kebaikan, tanpa melanggar aturan Allah.”
Sepulang dari sekolah, Rizky dan Sarah kembali merenungkan apa yang disampaikan Pak Usman. Mereka sadar, bahwa niat awal mereka mungkin baik, namun caranya kurang tepat.
Beberapa hari kemudian, Rizky menemui Sarah di perpustakaan. “Sarah, aku sudah memikirkan semuanya. Kita mungkin memang bisa saling mendukung, tapi aku tidak ingin melanggar janji kita pada Allah. Aku ingin kita sama-sama fokus belajar dan mengejar cita-cita kita, tanpa harus pacaran.”
Sarah tersenyum lega. “Aku juga berpikir begitu, Rizky. Mari kita jadi teman yang saling memotivasi, tetapi dalam kebaikan dan sesuai dengan ajaran Allah.”
Sejak saat itu, Rizky dan Sarah berkomitmen untuk menjadi siswa yang lebih baik. Mereka giat belajar, aktif berorganisasi, dan saling mendukung untuk mencapai impian mereka tanpa harus melanggar aturan agama. Hubungan mereka tetap kuat, bukan sebagai sepasang kekasih, tetapi sebagai sahabat yang saling mengingatkan dan memotivasi dalam kebaikan.
Pada akhirnya, cinta mereka yang awalnya ingin bersemi dalam hubungan pacaran, berubah menjadi cinta kepada Allah dan tekad untuk sukses di dunia dan akhirat. Mereka paham bahwa cinta yang sejati bukan hanya tentang perasaan sesaat, tetapi tentang berpegang teguh pada janji kepada Allah dan saling menguatkan dalam kebaikan.
Temannya pass untuk usia remaja, sarat pesan moral, n religius..
Terima kasih ibu, mohon bimbingannya…
mantappp
ππ
ππ
ππ
βIslam mengajarkan kita untuk menjaga diri dari hal-hal yang dapat menjauhkan kita dari Allah. Dalam Islam, tidak ada istilah pacaran. Jika kita ingin mengenal seseorang, haruslah melalui jalan yang benar, yang sesuai dengan syariat.β
ππ Ok. M. Aditya
Dari bacaan hari ini saya mendapatkan motivasi, contohnya kebaikan dan sesuai dengan ajaran Allah, dan kita tidak boleh melanggar aturan agma.
Alhamdulillah
Semangat dalam kebaikan
Di suatu hari Rizky mengungkapkan perasaan nya
Klo dia dengan Sarah pacaran bisa membuat mereka bersemangat
Ayo Dirga, buat cerpen juga
Sejak dalam kandungan, kita telah berjanji kepada allah, bahwa hidup dan mati hanya untuk nya, dan menjauhkan larangan”nya