Di kota besar yang gemerlap, berdirilah sebuah sekolah elit bernama “Akademi Mahardika.” Sekolah ini dikenal dengan kemewahannya, lengkap dengan fasilitas kelas dunia, kolam renang berlapis marmer, dan aula besar yang sering digunakan untuk upacara penghargaan bagi para siswa berprestasi. Para siswa di sana adalah anak-anak dari kalangan keluarga kaya, dan semua orang berlomba-lomba masuk ke sekolah ini demi masa depan yang cemerlang.
Namun, di balik dinding-dinding megah itu, tersembunyi cerita kelam yang beredar di kalangan siswa dan guru. Mereka bilang, pada malam hari, terkadang terdengar suara-suara aneh dari lantai paling atas. Konon, beberapa dekade lalu, ada seorang siswi yang mengalami kecelakaan tragis di aula utama sekolah. Namanya Liana, seorang siswi berbakat yang kerap meraih penghargaan dalam berbagai perlombaan.
Liana dikenal ambisius dan tidak pernah puas dengan pencapaiannya. Malam itu, ia sedang berlatih untuk sebuah kompetisi tari sendirian di aula, setelah semua orang pulang. Ia ingin menampilkan sesuatu yang spektakuler dan berlatih dengan keras. Namun, tak ada yang tahu pasti bagaimana kecelakaan itu terjadi. Sebuah lampu gantung besar yang menggantung di atas aula tiba-tiba terjatuh dan menimpa Liana. Pihak sekolah menyebutnya sebagai kecelakaan, tapi beberapa siswa percaya bahwa ada sesuatu yang aneh pada malam itu.
Beberapa tahun kemudian, rumor tentang arwah Liana mulai bermunculan. Banyak yang mengaku melihat sosok gadis berambut panjang dan mengenakan seragam sekolah, berdiri di dekat aula pada malam hari. Laporan itu sering datang dari penjaga malam dan petugas kebersihan, yang akhirnya memilih untuk resign karena merasa diganggu.
Pada suatu malam, sekelompok siswa penasaran mencoba membuktikan kebenaran cerita ini. Mereka adalah Ardi, Nia, dan Siska, yang terkenal berani dan sering mencari tantangan baru. Mereka merencanakan untuk bermalam di sekolah dan menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Dengan diam-diam, mereka menyelinap kembali ke aula sekolah saat malam tiba.
Ketika jam menunjukkan pukul 11 malam, mereka mulai merasakan suasana yang berbeda. Aula yang biasanya ramai dan penuh keceriaan, kini tampak gelap dan mencekam. Mereka mendengar langkah-langkah kaki yang bergema di aula, meski tak ada seorang pun di sana. Siska mencoba menyalakan senter, namun lampunya tiba-tiba padam seolah baterainya habis.
“Nia, kamu dengar itu?” bisik Ardi dengan suara bergetar. Nia mengangguk, tampak ketakutan. Mereka berusaha tetap tenang, meskipun jantung mereka berdegup kencang.
Tiba-tiba, pintu aula tertutup dengan keras, membuat mereka terkejut dan segera berlari menuju pintu. Namun, saat mereka berusaha membuka pintu itu, pintunya terkunci rapat. Tak ada jalan keluar. Mereka hanya bisa merasakan hawa dingin yang menyelimuti ruangan. Nia mulai menangis, merasa terjebak dalam situasi yang tak pernah ia bayangkan.
Ketika mereka mulai putus asa, tiba-tiba terdengar suara musik lembut dari arah panggung. Lampu-lampu di sekitar panggung perlahan menyala, menyorot ke sebuah bayangan samar. Sosok itu adalah Liana, berdiri dengan wajah pucat dan tatapan kosong. Ia mengenakan seragam sekolah yang tampak lusuh dan kotor, seakan-akan tidak pernah berganti sejak kecelakaan itu.
Sosok Liana mulai menari perlahan, seperti yang biasa ia lakukan sebelum kematiannya. Namun, gerakan itu tidak tampak normal; ada sesuatu yang sangat mengerikan dalam caranya bergerak, seakan-akan setiap langkahnya membawa beban kesakitan. Ardi, Nia, dan Siska hanya bisa berdiri terpaku, tubuh mereka seakan membeku di tempat.
Tiba-tiba, Liana menghentikan tariannya dan berbalik menatap mereka. Tatapan itu dingin dan penuh dendam. Ia bergerak mendekati mereka dengan langkah yang lambat namun pasti. Mereka mencoba berteriak, namun suara mereka seakan tertelan oleh keheningan aula. Nia pingsan di tempat, sementara Ardi dan Siska hanya bisa merasakan tubuh mereka bergetar hebat.
Saat Liana semakin mendekat, terdengar suara ketukan keras di pintu aula. Pintu terbuka dengan tiba-tiba, dan sosok Pak Yusuf, penjaga sekolah yang terkenal ramah, muncul di sana. “Apa yang kalian lakukan di sini?” serunya, tampak khawatir.
Ardi dan Siska langsung berlari keluar aula, menyeret Nia yang masih pingsan. Ketika mereka menoleh ke belakang, sosok Liana telah menghilang, dan aula tampak kembali normal, seolah tak ada yang terjadi.
Keesokan harinya, mereka semua dipanggil oleh kepala sekolah untuk menjelaskan apa yang terjadi. Mereka menceritakan semuanya, namun tidak ada yang percaya pada kisah mereka. Sekolah kembali berjalan seperti biasa, dan aula tetap menjadi tempat yang megah dan indah di mata semua orang. Namun, bagi Ardi, Nia, dan Siska, pengalaman itu meninggalkan bekas yang mendalam. Setiap kali mereka berjalan melewati aula, mereka akan merasakan kehadiran Liana, seakan-akan arwahnya masih menari di sana, menunggu malam datang untuk kembali menghantui tempat yang dulu penuh dengan prestasi, tapi kini menyimpan rahasia kelam di balik keindahannya
Imagi visualnya kerennn, selangkah lebih maju, Bang Novandi. πͺπ»πͺπ»ππ»ππ»
Terima kasih ibu πβΊοΈ
Terima kasih ibu πβΊοΈ
Karyannya sangat meninsiprasi, semangat terus untuk berkarya
Mantaap keren pak,trus berkarya
Karyannya sangat meninsiprasi, semangat terus untuk berkarya
Beh mantap pak
Bagus ceritanya, teruslah berkarya
Karyanya keren sekali
gacorrr ceritanya bu tetap berkarya untuk menghibur pembaca
gacorr ceritanya bu terus berkarya untuk menghibur pembaca
Cerita nya bagus buk
Bagus sekali
Literasi bagus
Ceritanya bagusss bukkk sangat menghibur dan membuat merinding..
Bagus banget bu