Di kota kecil bernama Kalianda, ada sebuah koloni semut yang terkenal dengan keberaniannya. Koloni ini hidup di sudut taman kota, tepat di bawah sebuah pohon besar. Setiap hari, semut-semut ini tampak sibuk bekerja sama mengumpulkan makanan, membangun terowongan, dan menjaga sarang mereka. Di antara mereka, ada seekor semut kecil bernama Sura yang memiliki semangat juang yang luar biasa.
Sura memang berbeda dari semut-semut lainnya di koloni. Ia adalah sosok yang tangguh, yang selalu berani menempuh rute terjauh demi mencari makanan terbaik untuk koloninya. Setiap pagi, Sura menjadi yang pertama keluar dari sarang, mengenakan topi kecil yang terbuat dari sehelai daun kering yang dijadikannya penutup kepala. Topi itu seolah menjadi ciri khas dan simbol keberanian Sura, membuatnya semakin dihormati.
Dengan langkah-langkah kakinya yang tegap, Sura memimpin teman-temannya menuju tempat-tempat yang belum pernah mereka jelajahi. Suaranya lantang, penuh dengan semangat yang tak pernah padam, selalu mengingatkan teman-temannya untuk terus bekerja sama dan menjaga kekompakan. Tak jarang, saat semut-semut lain merasa lelah atau ragu, Sura akan berteriak dengan penuh semangat, “Ayo, kawan-kawan! Kita ini prajurit! Tak ada yang bisa mengalahkan kita jika kita terus bersama!”
Sikap Sura yang berani dan tak kenal menyerah selalu memberikan energi baru bagi koloninya. Suatu ketika, saat koloni sedang mencari makanan di dekat aliran air, tiba-tiba arusnya meluap dan beberapa semut terseret air. Teman-temannya panik, namun Sura dengan sigap melompat ke tepi, mengulurkan ranting kecil untuk menyelamatkan mereka. Meski tubuhnya kecil, keberaniannya membuatnya tampak seperti raksasa di mata teman-temannya.
Setelah kejadian itu, semut-semut lain semakin yakin bahwa Sura adalah sosok yang bisa diandalkan. Dengan suaranya yang lantang, keteguhan hatinya, serta topi kecilnya yang selalu ia kenakan dengan bangga, Sura menjadi pahlawan bagi koloninya. Mereka menyadari, bahwa di balik tubuh kecil Sura, tersimpan jiwa prajurit sejati yang pantang menyerah, yang selalu berada di garis depan dalam setiap misi.
Setiap sore, saat Sura dan koloninya kembali ke sarang dengan perut kenyang dan hati penuh kebanggaan, ia akan berteriak dengan senyum lebar, “Hari ini kita menang lagi, kawan-kawan! Karena kita adalah prajurit semut yang tak pernah gentar!”
Sejak kecil, Sura sering mendengar cerita dari semut-semut tua tentang petualangan besar dan ancaman yang pernah mereka hadapi. Salah satu ancaman terbesar bagi mereka adalah manusia yang sering merusak sarang mereka dengan menyiram air, menghancurkan terowongan, dan bahkan menebang pohon tempat mereka tinggal.
Suatu hari, kabar buruk datang ke koloni mereka. Seseorang dari kota berencana menebang pohon besar di taman itu. Bagi semut-semut kecil ini, pohon itu bukan hanya tempat tinggal tetapi juga tempat mereka mencari makanan, berlindung, dan berkembang biak. Tanpa pohon itu, mereka takkan bertahan lama. Kabar ini membuat Sura dan semut-semut lainnya gelisah.
“Sura, kita harus melakukan sesuatu. Jika pohon ini tumbang, koloni kita akan musnah,” kata salah satu semut tua.
Mendengar itu, Sura merasa terpanggil. “Kita tidak boleh menyerah begitu saja. Kita adalah prajurit semut, bukan? Ayo, kita buat rencana!” jawabnya dengan suara mantap.
Sura mengumpulkan seluruh semut di koloninya untuk merencanakan aksi perlindungan mereka. Mereka sepakat untuk bekerja sama membangun terowongan di sekitar akar pohon, berharap agar akarnya tetap kokoh dan manusia tidak jadi menebangnya. Semut-semut itu bekerja tanpa kenal lelah, siang dan malam, menggali dan memperkuat akar pohon dengan pasir dan batu kecil yang mereka kumpulkan dari taman.
Namun, rencana itu hanya berhasil menunda sementara. Pada suatu pagi, suara gergaji mesin terdengar mendekat. Sura dan semut-semut lainnya melihat seorang pria dengan gergaji bersiap menebang pohon mereka. Melihat ini, Sura memimpin semut-semutnya untuk naik ke atas pohon, berbaris menuju tangan sang penebang pohon.
“Kita harus berani! Kita harus bertarung demi koloni kita!” seru Sura dengan semangat juang yang menyala-nyala.
Semut-semut kecil itu kemudian menggigit tangan pria itu. Meski kecil, gigitan mereka sangat banyak dan mulai membuat pria itu merasa terganggu. Setelah beberapa gigitan, pria itu terpaksa menghentikan pekerjaannya dan mengusap-usap lengannya yang penuh dengan semut.
“Aduh! Apa-apaan ini!” keluhnya, merasa terganggu oleh serangan kecil-kecilan dari para prajurit semut.
Melihat pria itu pergi, Sura dan koloninya merasa lega. Usaha kecil mereka berhasil menyelamatkan pohon dan tempat tinggal mereka, setidaknya untuk sementara waktu. Mereka tahu bahwa tantangan lain mungkin akan datang, tetapi mereka siap menghadapinya bersama-sama.
Dari hari itu, Sura menjadi sosok yang dihormati dalam koloni. Ia membuktikan bahwa meskipun kecil, keberanian dan semangat juang yang kuat bisa membuat perbedaan besar. Kota Kalianda mungkin tak pernah tahu bahwa di sudut tamannya, ada para prajurit semut kecil yang tak kenal takut, yang akan mempertahankan tempat tinggalnya dengan sekuat tenaga.
Kisah ini menjadi pelajaran bagi seluruh koloni, bahwa kekuatan bukan hanya soal ukuran, tetapi juga tentang keberanian dan kerja sama. Mereka adalah prajurit sejati, prajurit kecil yang hidup dengan semangat juang yang tak pernah padam.
Kita tidak boleh menyerah begitu saja
Kita harus berani! Kita harus melawan demi koloni kita!!!!!
Dari cerita ini saya belajar dari semut untuk tidak menyerah dan terus semangat
Dalam melakukan pekerjaan