Hari itu, suasana di Hotel AMH Bandar Nagari begitu ramai. Para siswa dari berbagai sekolah datang dengan penuh semangat, bersiap untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka dalam lomba pidato bahasa Inggris tingkat Propinsi, sebelumnya peserta telah lolos di tingkat kabupaten. Salah satu peserta adalah Riswo, pelajar kelas XI SMA Bina Insani Kali keruh Kabupaten Kadangkala yang dikenal sebagai siswa cerdas di sekolahnya. Ia adalah peringkat satu di kelasnya dan telah mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk kompetisi ini.
Pak Prosodjo, guru bahasa Inggris Riswo, menepuk bahunya sebelum lomba dimulai. “Ingat, tetap tenang dan percaya diri, Riswo. Kamu sudah berlatih keras, ini waktunya menunjukkan kemampuanmu.”
“Terima kasih, Pak,” balas Riswo sambil tersenyum. Ia merasa siap, namun juga sedikit gugup. Setelah Pak Prosodjo pergi untuk duduk di kursi penonton, Riswo berjalan ke kantin untuk membeli minuman. Ia berpikir sebotol air minum akan membantunya tetap segar dan fokus.
Di kantin, Riswo tidak menyadari ada seorang siswa dari sekolah lain yang memperhatikannya dari jauh. Siswa tersebut menatap Riswo dengan tatapan penuh kecemburuan. Ia tahu bahwa Riswo adalah pesaing berat, dan dalam hatinya ada ketakutan bahwa Riswo mungkin akan meraih juara dan membuatnya kalah.
Ketika Riswo meletakkan botol minumannya di meja kantin dan pergi ke kamar kecil, siswa tersebut segera bergerak mendekati meja. Dengan cepat, ia memasukkan cairan yang telah ia siapkan ke dalam botol minuman Riswo, lalu pergi seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
*****************
Setelah dari kamar kecil, Riswo kembali dan mengambil botolnya tanpa curiga. Ia membuka tutupnya, menenggak sebagian isi botol, dan berjalan menuju ruang acara. Namun, baru beberapa menit berlalu, ia mulai merasakan sesuatu yang aneh. Ada rasa ringan di kepala, seolah-olah pikirannya menjadi kabur dan emosinya tak terkendali.
“Kenapa jadi begini, ya?” gumam Riswo, bingung. Tapi ia mencoba untuk tetap tenang. Ia tidak ingin membuat Pak Prosodjo khawatir dan berusaha meyakinkan diri bahwa perasaan itu mungkin hanya efek gugup.
Akhirnya, nama Riswo dipanggil. Dengan percaya diri yang goyah, ia naik ke panggung. Awalnya ia mencoba berbicara sesuai dengan naskah yang telah ia hafal, tetapi perasaan kabur itu semakin parah. Kata-kata yang keluar dari mulutnya mulai kacau.
“Good afternoon, ladies and gentlemen…” Riswo mencoba memulai, tetapi tiba-tiba ia tertawa kecil tanpa sebab. “I… I want to… uh… talk about… the trees? Yeah, the trees!” Ia tertawa lagi, lalu mencoba melanjutkan dengan cara yang aneh. “And you know… life is like a roller coaster… up and down… like… hahaha… a butterfly?”
Di antara penonton, Pak Prosodjo hanya bisa menahan napas. Ia bingung, bahkan syok, melihat Riswo berbicara seperti orang yang tidak sadar. Juri pun mulai saling berbisik dan mengamati Riswo dengan pandangan prihatin.
“Ada apa dengan anak ini?” gumam salah satu juri.
Seorang juri lain menggelengkan kepalanya. “Sepertinya dia tidak dalam keadaan baik. Ini seperti… mabuk.”
Riswo yang masih berada di atas panggung tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Ia terus berbicara dengan kata-kata yang semakin ngelantur, hingga salah satu juri akhirnya mengisyaratkan petugas untuk menghentikannya.
********************
Di belakang panggung, Pak Prosodjo segera menghampiri Riswo dengan wajah penuh kekhawatiran. “Riswo, kamu kenapa tadi? Kamu nggak seperti biasanya.”
Riswo yang sudah mulai sadar dengan apa yang terjadi hanya bisa menundukkan kepala. “Saya nggak tahu, Pak. Tadi saya merasa… aneh. Setelah minum dari botol itu, kepala saya seperti melayang dan pikiran saya kacau.”
Pak Prosodjo mengambil botol minuman Riswo yang sudah kosong. Ia mendekatkan botol itu ke hidungnya dan mencium bau aneh yang tidak biasa dari sisa minuman di dalamnya.
“Ini bukan bau minuman biasa, Riswo,” kata Pak Prosodjo sambil mengernyit. “Kita harus lapor ke panitia.”
***********************
Tidak lama kemudian, pihak panitia lomba langsung melakukan penyelidikan. Mereka memeriksa rekaman CCTV di kantin dan menemukan bahwa seseorang dari sekolah lain telah mendekati botol minuman Riswo dan memasukkan sesuatu ke dalamnya. Setelah diperiksa lebih lanjut, diketahui bahwa siswa tersebut sengaja mencampurkan cairan tertentu untuk membuat Riswo hilang kendali saat tampil.
Setelah bukti terkumpul, siswa dari sekolah lain tersebut dipanggil oleh panitia dan diminta menjelaskan tindakannya. Dengan raut wajah ketakutan, ia akhirnya mengakui kesalahannya di depan semua orang.
“Saya… saya takut Riswo akan menang, Bu. Dia terlalu hebat, dan saya merasa tidak akan bisa bersaing kalau dia tampil,” ucapnya dengan suara bergetar.
Ketua panitia lomba menghela napas panjang. “Kompetisi bukan tentang menjatuhkan orang lain. Kamu telah melanggar etika dan mencoreng nama baik sekolahmu sendiri. Sekarang, kamu harus menanggung akibat dari perbuatanmu.”
**********************
Di akhir acara, Pak Prosodjo mendekati Riswo yang masih tampak sedih dan kecewa. “Riswo, saya tahu ini berat buat kamu. Tapi kamu sudah menunjukkan sikap yang sangat baik di tengah kejadian ini.”
Riswo mengangguk dengan senyum tipis. “Terima kasih, Pak. Saya merasa kecewa, tapi mungkin ini pelajaran buat saya juga. Saya harus lebih berhati-hati dan tetap rendah hati, meskipun dalam persaingan.”
Pak Prosodjo menepuk bahu Riswo dengan bangga. “Itulah yang membuat kamu berbeda. Tetaplah seperti ini, dan yakinlah bahwa kesempatan lain akan datang untukmu.”
Dengan langkah tegap, Riswo pulang dari lomba itu membawa pelajaran berharga, bukan hanya tentang berhati-hati dalam kompetisi, tetapi juga tentang kesabaran dan sportivitas.
Bersaing lah dengan senat dan jangan lah berbuat curang demi bisa memenangkan lomba karena itu perbuatan yang sangat buruk dan tidak baik.
dari itu kita dapat mempelajari seberapa banyak orang yg berlomba-lomba untuk mendapat kan ilmu dan berguna untuk lingkungan nya mana kita jangan sampai kah dangan lingkungan kita yg banyak orang -orang yg pintar