Malam tahun baru 2025 tiba dengan suasana hangat di rumah Pak Huntara. Di ruang tamu, Abiya, anak semata wayangnya, tampak sibuk memilih baju yang akan dikenakan. Wajahnya berbinar, semangat menyambut perjalanan malam ini. Kalianda, tujuan mereka, hanya berjarak sekitar 16 kilometer dari rumah. Meski tidak terlalu jauh, perjalanan ini terasa istimewa, karena mereka akan mengunjungi sahabat akrab “bestie” Pak Huntara, Pak De Subiantoro, yang tinggal di dekat Kantor Polres lama.
“Abiya, sudah siap?” tanya Pak Huntara sembari memeriksa kunci mobilnya.
“Siap, Papi!” jawab Abiya riang sambil melompat ke kursi depan mobil Avanza tua yang sudah menjadi andalan keluarga mereka.
Setelah Isya , Perjalanan dimulai dengan obrolan ringan antara ayah dan anak. Jalanan yang cukup lengang membuat suasana semakin menyenangkan. Di tengah perjalanan, mereka sempat berhenti sejenak di sebuah warung kecil untuk membeli camilan ringan, sekadar menemani perjalanan menuju Kalianda.
Setibanya di rumah Pak De Subiantoro, keduanya disambut dengan senyuman ramah. Pak De Subiantoro, pria berusia 68 tahun dengan perawakan tegap, rambut dua warna dan wajah yang penuh kebapakan, menyambut tamunya dengan penuh antusias.
“Wah, akhirnya kalian datang juga! Selamat tahun baru, Huntara, Nak Abiya? Silakan masuk” ujar Pak De Subiantoro sambil menyalami keduanya.
“Selamat tahun baru, Pak De! Kami datang sesuai janji,” balas Pak Huntara.
Pak De Subiantoro telah menyiapkan jamuan spesial untuk mereka. Minuman khas berupa es kelapa, durian, dan susu, yang diracik sendiri olehnya, segera disuguhkan. Rasanya begitu nikmat, manis dan segar, membuat Abiya tersenyum puas. Selain itu, ada kebab buatan sendiri yang dipenuhi berbagai kombinasi sayuran, daging, keju dan saus yang lezat.
“Pak De ini jago masak, ya,” puji Abiya sambil menikmati kebabnya.
“Hahaha, ya beginilah. Kalau ada tamu spesial, harus dimanjakan,” balas Pak De Subiantoro sambil tertawa ringan.
Obrolan hangat mengisi malam itu. Mereka berbagi cerita tentang kenangan saat berada di yogyakarta dan di wonogiri liburan beberapa waktu lalu, pergi ke hutan ndonoloyo dan rumah angker, yang membuat mereka semakin akrab. Sebagai sahabat beda usia dan saling menghargai, mereka sering menyebut diri mereka “bestie hujan,” karena persahabatan mereka bertahan hingga saat ini.
Sekitar pukul 22:10, ide spontan muncul dari Pak De Subiantoro.
“Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Pasar Way Panji? Ada sate kambing enak di sana. Walau perut sudah penuh, tidak ada salahnya mencari camilan kecil sambil menikmati malam tahun baru,” usulnya.
Abiya langsung setuju, begitu pula Pak Huntara. Mereka bertiga kemudian berangkat dengan mobil Avanza tua milik Pak Huntara. Perjalanan menuju Pasar Way Panji melewati Lubuk Kamal, suka tani, sidoharjo dan Patok Way Panji. Jalanan gelap namun cukup lengang, dengan suasana malam yang dihiasi lampu jalan dan kembang api di kejauhan.
Setelah sekitar 45 menit berkendara, mereka tiba di pasar patok way panji, namun sayangnya, tukang sate kambing langganan Pak De Subiantoro sudah tutup. Kekecewaan itu tidak mengurangi semangat mereka.
“Kita coba lewat rute lain saja, siapa tahu menemukan penjual sate yang lain,” kata Pak De Subiantoro, mencoba menyemangati.
Perjalanan pulang pun diubah. Mereka memutuskan untuk mengambil rute menuju Agom. Namun, jalan menuju Agom ternyata ditutup untuk acara tahun baru. Tanpa banyak pilihan, mereka mengambil jalur desa Taman Agung untuk bisa tembus ke Jalan Lintas Sumatera.
Jalan di desa itu cukup menantang. Berliku, sempit, dan penuh lubang, membuat Pak Huntara harus ekstra hati-hati mengemudikan mobilnya. Abiya duduk tenang di samping, sesekali memeriksa ponselnya untuk mengabadikan suasana perjalanan yang unik ini.
“Awas lubang, Papi,” kata Abiya sambil menunjuk ke depan.
“Tenang, Abiya. Papi tahu,” balas Pak Huntara dengan senyum kecil, meski matanya tetap fokus ke jalan.
Setelah sekitar 45 menit melalui jalan berlubang, mereka akhirnya sampai di Jalan Lintas Sumatera. Pencarian sate kambing masih berlanjut, hingga akhirnya mereka menemukan penjual sate di Pasar Kalianda.
“Beda memang rasanya, tidak seenak sate langganan Pak De, tapi cukup untuk memuaskan rasa penasaran,” kata Pak Huntara sambil mencicipi sepotong sate.
Mereka membeli tiga bungkus sate ayam karena sate kambing habiss lengkap dengan lontong, kemudian membawanya pulang ke rumah Pak De Subiantoro. Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam saat mereka sampai. Sate ayam itu dimakan bersama, sambil bercanda dan berbagi cerita.
“Walau bukan sate kambing langganan, ini tetap enak. Suasana seperti ini yang tidak bisa dibeli,” ujar Pak De Subiantoro.
Baru saja sate terakhir masuk ke perut, suara petasan mulai bersahutan. Jam menunjukkan pukul 00:00, menandakan pergantian tahun. Dari jendela rumah, mereka melihat beberapa remaja menyalakan kembang api dan petasan, menghiasi langit malam dengan cahaya warna-warni.
“Selamat tahun baru, Papi!” seru Abiya sambil memeluk Pak Huntara.
“Selamat tahun baru, Nak. Semoga tahun ini lebih baik dari sebelumnya,” jawab Pak Huntara penuh haru.
Setelah beberapa saat menikmati suasana, Pak Huntara akhirnya berpamitan kepada Pak De Subiantoro.
“Terima kasih, De, untuk malam yang luar biasa ini. Kami harus pulang ke Pasuruan,” kata Pak Huntara sambil menjabat tangan sahabatnya.
“Hati-hati di jalan, Huntara. Jangan lupa datang lagi kapan-kapan. Kamu tetap bestie-ku sejak dulu hingga sekarang,” balas Pak De Subiantoro dengan senyuman hangat.
Perjalanan pulang terasa tenang. Abiya tertidur di kursi depan, sementara Pak Huntara menyetir dengan hati-hati, mengingat jalan yang berlubang dan berliku. Di dalam hati, ia merasa bersyukur atas malam tahun baru yang sederhana namun penuh makna ini. Tidak ada perayaan besar atau kemewahan, namun kehangatan bersama keluarga dan sahabat sudah lebih dari cukup untuk membuat malam itu tak terlupakan.
tentang sebuah keluarga kecil di malam tahun baru yang penuh kenangan ia merayakan tahun baru Dengan penuh gembira dah bahagia
Yohanes Riyan Wibowo
X Tsm 1
coment: menceritakan tentang keluarga kecil yang jalan jalan bersama sahabat papinya, walaupun perjalanannya tidak terlalu jauh namun perjalanan ini sangat istimewa dan penuh kebahagiaan, Tidak ada perayaan besar atau kemewahan, namun kehangatan bersama keluarga dan sahabat sudah lebih dari cukup untuk membuat malam itu tak terlupakan.
Tentang sebuah keluarga kecil di malam tahun baru yang penuh gembiranya
Malam tahun baru akan terasa indah jika dirayakan bersama keluarga dan saudar walaupun sederhana tetapi sangat seru
Rafly galih kusuma
X. Tsm 1
Tidak ada perayaan besar atau kemewahan, namun kehangatan bersama keluarga dan sahabat sudah lebih dari cukup untuk membuat malam itu tak terlupakan.