Rosidi Zahra Setiawan memandang lepas dari bibir pantai Pulau Sebesi, tempat yang sudah menjadi rumah baginya sejak lahir. Laut biru yang menghampar di depan matanya seperti membuka cakrawala mimpi yang lebih luas. Rosidi, siswa cerdas yang baru saja lulus dari SMP dan melanjutkan ke SMK Mu Ahmad Dahlan 4 di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, memiliki ambisi besar untuk meraih cita-citanya.
Pulau Sebesi, sebuah pulau vulkanik dengan ketinggian 844 meter, berada di wilayah Desa Tejang, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Geografisnya terletak di selat Sunda, memisahkannya dari daratan utama Lampung, menjadikan Pulau Sebesi tempat yang unik namun menantang untuk dijalani. Walaupun demikian, bagi Rosidi, segala keterbatasan justru menjadi motivasi untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Di kampung kecil di Pulau Sebesi, kehidupan Rosidi tak lepas dari dukungan orang tua dan gurunya. Ayah dan ibunya selalu memberikan dukungan moral, sedangkan gurunya di sekolah memberikan bimbingan dalam pelajaran, terutama dalam bidang yang digemarinya, yakni teknologi. Keluarganya bukan orang berada, tetapi tekad mereka untuk menyekolahkan Rosidi begitu kuat.
Setiap Minggu sore, Rosidi menaiki perahu kecil untuk menyeberang ke daratan Lampung, lalu melanjutkan perjalanan ke SMK Mu Ahmad Dahlan 4, yang terletak di Kedaton. Di sanalah dia tinggal di sebuah kos sederhana hingga Sabtu, saat dia akan kembali ke Pulau Sebesi.
Perjalanan itu bukanlah sesuatu yang mudah bagi Rosidi. Di tengah deburan ombak dan terpaan angin laut, terkadang timbul rasa cemas di hatinya. Namun, mengingat tujuannya, ia menguatkan hati dan tak berhenti berdoa agar perjalanan selalu lancar.
Pada suatu hari Senin, setelah berlayar semalaman dan tiba di Kedaton, Rosidi mendapati bahwa akan ada perlombaan Kompetensi Siswa Bidang Administrasi Sistem Jaringan. Sebuah kesempatan besar, dan Rosidi memutuskan untuk mengikutinya. Dengan kerja keras dan ketekunan, dia berhasil meraih peringkat pertama dalam lomba tersebut, suatu prestasi yang membanggakan bagi dirinya dan keluarganya.
********************
Di ruang kepala sekolah, Pak Sulaiman, Rosidi dipanggil untuk menerima penghargaan atas prestasinya. Ia menunduk dengan hormat saat Pak Sulaiman menyampaikan ucapan selamat.
“Rosidi, kamu anak yang luar biasa. Saya bangga melihat kamu bisa meraih juara pertama dalam perlombaan ini. Tidak semua orang memiliki semangat seperti kamu,” kata Pak Sulaiman dengan penuh bangga.
Rosidi tersenyum, dan wajahnya memerah. “Terima kasih, Pak. Semua ini tidak lepas dari bimbingan bapak dan juga doa orang tua saya,” jawabnya dengan sopan.
Pak Sulaiman mengangguk. “Tetap rendah hati, Rosidi. Jangan pernah lupa bahwa kesuksesanmu ini adalah awal dari perjalanan panjang. Terus belajar dan berkarya, karena kamu memiliki potensi besar.”
Setelah percakapan itu, Rosidi kembali ke kelas dengan membawa penghargaan. Di sana, teman-temannya menyambutnya dengan tepuk tangan riuh. Hari itu adalah salah satu hari paling bahagia dalam hidupnya.
*********************
Namun, di balik senyum kemenangan itu, Rosidi harus terus berjuang menghadapi tantangan. Kelasnya di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap hari, Rosidi harus berhadapan dengan teori-teori rumit tentang jaringan komputer, perangkat keras, dan cara menghubungkan berbagai sistem.
Pak Taufik, guru jaringan yang mengajar Rosidi, menyadari bakat luar biasa muridnya itu. Suatu hari, saat istirahat, Pak Taufik mengajak Rosidi berbincang.
“Kamu suka tantangan, ya, Rosidi?” tanya Pak Taufik sambil tersenyum.
Rosidi tersenyum lebar. “Iya, Pak. Saya selalu penasaran dengan dunia teknologi dan jaringan. Rasanya menyenangkan bisa menghubungkan satu perangkat dengan perangkat lain.”
Pak Taufik mengangguk. “Bagus. Itulah semangat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ahli jaringan yang handal. Tapi, ingatlah, perjalanan ini tidak mudah. Akan ada banyak rintangan. Apakah kamu siap untuk itu?”
Rosidi menatap Pak Taufik dengan penuh keyakinan. “Saya siap, Pak. Semua ini demi masa depan saya dan juga untuk membanggakan orang tua saya.”
********************
Setiap kali berangkat ke sekolah dan meninggalkan Pulau Sebesi, Rosidi menyadari betapa besar pengorbanan orang tuanya. Tidak ada satu hari pun yang dilaluinya tanpa mengingat perjuangan ayah dan ibunya yang tak kenal lelah bekerja sebagai petani kecil untuk membiayai sekolahnya. Hal itu membuatnya semakin semangat untuk belajar dan meraih prestasi.
Di pulau tempat tinggalnya, teknologi masih sangat terbatas. Tidak ada koneksi internet yang stabil, dan listrik sering kali mati di malam hari. Namun, Rosidi tidak pernah mengeluh. Justru keterbatasan itu yang memacunya untuk berusaha lebih keras.
Pada akhir pekan, ketika kembali ke Pulau Sebesi, Rosidi selalu menyempatkan diri berbagi ilmu dengan teman-temannya. Dia menunjukkan cara merakit komputer, memperkenalkan dasar-dasar jaringan, hingga memberi pengetahuan tentang perangkat keras. Anak-anak di pulau itu mendengarkan dengan penuh antusias. Bahkan, beberapa dari mereka bercita-cita mengikuti jejak Rosidi.
“Mas Rosidi, kalau kami ingin sekolah di SMK juga, apakah kami bisa?” tanya Asep, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang bercita-cita menjadi teknisi.
“Tentu saja bisa, asal kalian mau belajar keras dan tidak menyerah,” jawab Rosidi sambil tersenyum. “Tidak ada yang tidak mungkin kalau kita sungguh-sungguh.”
**********************
Saat semester kedua hampir berakhir, Rosidi menerima kabar bahwa akan ada ujian praktik jaringan untuk semua siswa kelas X. Ujian itu menentukan kelulusan mereka ke semester berikutnya. Rosidi mempersiapkan dirinya dengan belajar siang dan malam, menghafal materi, dan melakukan praktik berulang kali di ruang komputer sekolah.
Ujian tersebut berlangsung di ruangan lab yang dingin, dengan komputer berjajar rapi. Rosidi mengikuti instruksi dengan cermat, membangun jaringan kecil yang diminta oleh penguji. Semua berjalan lancar, hingga akhirnya penguji mengumumkan hasil.
“Selamat kepada Rosidi yang meraih nilai tertinggi dalam ujian ini!” seru penguji dengan senyum bangga.
Suasana dalam kelas pun riuh dengan tepuk tangan. Rosidi tersenyum, menatap ke arah langit-langit, seolah mengirimkan kabar bahagia ini kepada keluarganya yang jauh di Pulau Sebesi.
*******************
Pada hari terakhir sebelum libur semester, Pak Taufik memanggil Rosidi ke ruangannya lagi. Di sana, Pak Taufik memberikan sebuah amplop kepada Rosidi.
“Apa ini, Pak?” tanya Rosidi kebingungan.
“Ini adalah surat rekomendasi. Saya merekomendasikan kamu untuk magang di salah satu perusahaan teknologi di Lampung. Mereka butuh siswa berpotensi seperti kamu,” jawab Pak Taufik.
Rosidi tercengang. “Magang, Pak? Apakah saya sudah cukup siap untuk itu?”
“Tidak ada kata belum siap bagi orang yang mau belajar. Saya yakin kamu akan banyak belajar dari pengalaman ini, dan ini akan sangat bermanfaat untuk masa depanmu.”
Hari Sabtu sore, setelah menerima kabar bahagia itu, Rosidi bergegas kembali ke Pulau Sebesi. Di sepanjang perjalanan, pikirannya melayang antara kegembiraan dan rasa rindu pada keluarganya. Setibanya di pulau, ia langsung disambut oleh keluarganya yang selalu menunggunya dengan penuh rindu.
Rosidi menceritakan pengalamannya di sekolah, mulai dari memenangkan lomba, nilai terbaik dalam ujian, hingga kesempatan magang. Kedua orang tuanya menatapnya dengan bangga.
“Bu, Pak, semua ini berkat doa kalian,” ucap Rosidi dengan penuh haru.
Ibunya tersenyum lembut sambil mengusap kepala Rosidi. “Kamu harus tetap rendah hati, Nak. Tidak ada yang lebih penting dari kebaikan hati dan ketulusan.”
Ayahnya pun menepuk bahu Rosidi. “Kamu sudah memberikan kebanggaan bagi keluarga dan Pulau Sebesi. Teruslah belajar, Nak. Kami akan selalu mendukungmu.” Libur semester itu, Rosidi menghabiskan waktunya di Pulau Sebesi. Ia bertekad untuk membawa perubahan ke pulau kecilnya suatu hari nanti. Sebuah mimpi yang sederhana, namun besar di hatinya. Rosidi percaya bahwa meski harus berlayar melintasi lautan, langkahnya akan terus membawa harapan dan cita-cita yang tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk Pulau Sebesi dan keluarganya tercinta.
Ceritanya seruu