Di sebuah SMK, terdapat sekelompok siswa bernama Roni, Budi, dan Siti. Mereka dikenal sebagai “Tim Iseng” karena hobi mereka yang suka bereksperimen. Suatu malam, saat mengerjakan tugas, mereka menemukan sebuah buku tua yang membahas tentang khodam—makhluk astral yang tak kasat mata, konon bisa memberikan ilmu dan kebijaksanaan.
“Gimana kalau kita coba panggil khodamnya?” usul Roni dengan bersemangat.
“Aku penasaran, apakah dia benar-benar ada!” kata Budi, yang selalu siap untuk petualangan.
Siti, meski sedikit ragu, ikut serta. “Baiklah, tetapi kita harus hati-hati.”
Mereka berkumpul di lapangan belakang sekolah, membentuk lingkaran, dan membaca mantra dari buku itu. “Khodam yang tak terlihat, kami memanggilmu untuk memberikan petunjuk dan pengetahuan!”
Tiba-tiba, udara di sekitar mereka terasa bergetar. Meski tidak ada sosok yang terlihat, mereka merasakan kehadiran makhluk tersebut—sebuah aura yang hangat dan menenangkan.
“Saya ada di sini,” suara lembut bergema di udara. “Siapa yang ingin belajar?”
Roni melangkah maju. “Aku ingin belajar matematika! Terkadang aku kesulitan memahami pelajaran itu.”
“Baik, Roni. Tetapi ingat, belajar itu membutuhkan usaha. Cobalah pecahkan soal ini,” kata khodam.
Tanpa terlihat, khodam memberikan Roni sebuah soal sulit. Roni berusaha keras, tetapi setelah beberapa kali mencoba dan gagal, ia mulai putus asa. “Aku tidak bisa!”
Khodam itu menghela napas. “Setiap kegagalan adalah pelajaran. Ingatlah, keberhasilan bukan datang dari kemudahan, tetapi dari usaha yang gigih. Teruslah berusaha, dan jangan menyerah!”
Dengan dorongan itu, Roni mencoba lagi. Setelah berulang kali berpikir dan menghitung, akhirnya dia menemukan jawaban yang benar. “Aku berhasil!” serunya penuh sukacita.
Kini giliran Budi. “Aku ingin belajar masak! Tapi, aku selalu gagal setiap kali mencoba.”
“Masakan bukan hanya soal bahan, tetapi juga tentang rasa dan kesabaran. Cobalah lagi!” kata khodam.
Budi memasak nasi goreng dengan semangat. Meski masakannya terlalu asin di percobaan pertama, ia tidak menyerah. Setelah beberapa kali mencoba dan memperbaiki resep, ia akhirnya berhasil membuat nasi goreng yang lezat. “Aku bisa! Terima kasih!” teriaknya gembira.
Sekarang, Siti merasa gugup untuk berbicara di depan kelas. “Aku takut semua orang akan menertawakanku.”
Khodam memberikan nasihatnya. “Setiap orang memiliki ketakutan, tetapi keberanian muncul dari dalam diri kita. Latihanlah, dan bersyukurlah atas setiap kesempatan untuk berbagi.”
Siti berlatih setiap hari, mengatasi rasa gugupnya. Ketika waktunya tiba, ia berhasil menyampaikan presentasi dengan percaya diri. “Terima kasih, khodam! Aku merasa hebat!” ujarnya.
Setelah semua pembelajaran itu, khodam berkata, “Ingat, tidak ada yang instan dalam belajar. Teruslah berusaha dan pantang menyerah. Dan yang terpenting, selalu bersyukurlah atas setiap langkah yang kalian ambil.”
Tim Iseng pulang dengan perasaan yang lebih baik. Mereka menyadari bahwa kekuatan mereka terletak pada tekad untuk belajar dan berusaha. Meskipun khodam itu tidak terlihat, ajarannya membuat mereka merasa lebih dekat dan terinspirasi.
Keesokan harinya, mereka kembali ke sekolah dengan semangat baru. Mereka tidak hanya belajar untuk menghadapi ujian, tetapi juga belajar untuk menghargai proses dan bersyukur atas setiap kemajuan, sekecil apapun itu. Setiap tawa, setiap kesalahan, dan setiap keberhasilan adalah bagian dari perjalanan mereka.
manntapppp bu
alhamdulillah semoga bermanfaat ambil intisari pesan positip dari cerpen diatas
Cerpennya bagus banget
alhamdulillah semoga bermanfaat ambil intisari pesan positip dari cerpen diatas ..tetap semangat
Cerpen nya seru
alhamdulillah semoga bermanfaat ambil intisari pesan positip dari cerpen diatas tetap semangat dan teruslah bergerak